
Mendikbud RI Nadiem Anwar Makarim. | Foto: Arsip Kemendikbud
Mendikbud RI Nadiem Anwar Makarim. | Foto: Arsip Kemendikbud
Jakarta, Cyberthreat.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim, mengatakan seluruh aktivitas belajar tingkat pendidikan tinggi di semua zona Covid-19 tetap dilakukan secara jarak jauh.
"Pembelajaran di perguruan tinggi di semua zona masih dilakukan secara daring. Belum belajar tatap muka," kata Nadiem dalam konferensi persnya secara daring, Senin (15 Juni 2020).
Yang dimaksud zona tersebut mengacu pada penetapan kawasan rawan Covid-19. Zona-zona tersebut terbagi dalam empat, yaitu zona hijau (kategori aman atau tidak terdampak Covid-19), kuning (risiko rendah), oranye (risiko sedang), dan merah (risiko tinggi).
Menurut Nadiem, dibandingkan dengan jenjang pendidikan SD hingga SMA, pendidikan tinggi lebih mudah dalam mengadopsi pembelajaran secara jarak jauh.
"Jadi, untuk saat ini, karena keselamatan nomor satu, semua perguruan tinggi masih melakukan secara online. Itu adalah keputusan dari Kemendikbud pada saat ini," jelas Nadiem menjelaskan tentang kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19.
Sejak Maret lalu, semua institusi pendidikan terpaksa tidak menggelar belajar tatap muka demi mencegah tersebarnya Covid-19. Pembelajaran pun dilakukan secara daring.
Saat ini, demi menghadapi tahun ajaran baru, Kemendikbud memutuskan pembelajaran daring masih dilakukan di tingkat pendidikan tinggi.
Tahun akademik pendidikan tinggi tahun ajaran 2020/2021 dimulai pada Agustus 2020, sedangkan pendidikan tinggi keagamaan baru dimulai pada September 2020.
Untuk mahasiswa tingkat akhir, kata Nadiem, diperbolehkan datang ke kampus untuk menyelesaikan tugas-tugas akhirnya, seperti skripsi, tesis dan disertasi.
Sebab, menurut dia, aktivitas prioritas, seperti penelitian di laboratorium untuk skripsi, tesis dan disertasi sulit dilaksanakan secara daring.
"Biasanya ini (aktivitas prioritas, red) adalah small group atau proyek-proyek individu, seperti tugas laboratorium, praktikum, studio bengkel dan hal-hal yang butuh mesin, peralatan dan lain-lain," ujar dia.
"Kalau aktivitas ini berdampak pada kelulusan mahasiswa, masing-masing pemimpin perguran tinggi diperbolehkan untuk mengizinkan aktivitas mahasiswa datang ke kampus hanya untuk aktivitas prioritas yang berhubungan dengan kelulusannya," Nadiem menambahkan.
Tiap-tiap perguruan tinggi juga harus tetap memenuhi protokol kesehatan Covid-19.
Tingkat PAUD hingga SMA
Untuk tingkat pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang berada di zona kuning, oranye dan merah tetap melakukan metode pembelajaran jarak jauh.
Tahun ajaran baru bagi PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah tetap dimulai pada Juli 2020. "Namun, untuk daerah dengan zona kuning, oranye dan merah dilarang saat ini melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan," kata Nadiem.
Data pemerintah menyebutkan, 429 kabupaten/kota di Indonesia masih berzona merah, oranye, dan kuning. Zona-zona tersebut merepresentasikan 94 persen dari total siswa PAUD, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
"94 persen daripada peserta didik kita tidak diperkenankan untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Jadi, masih belajar dari rumah," ujar Nadiem.
Sementara, bagi institusi pendidikan di zona hijau boleh membuka sekolahnya, tapi dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Zona hijau mewakili enam persen dari siswa pendidikan anak usia dini, dasar dan menengah.
Ketua Pelaksana Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengungkapkan ada 92 kabupaten/kota dari 34 provinsi yang masuk kategori zona hijau per 7 Juni 2020.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: