
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Google menyatakan telah mengamati adanya peningkatan serangan phishing di sejumlah negara, seperti India, Inggris, dan Brasil selama pandemi Covid-19.
Pada April lalu, Gmail mendeteksi sedikitnya 18 juta email berbahaya harian terkait Covid-19. Serangan pun berkembang dan meningkat pada bulan berikutnya; muncul malware terkait Covid-19, phishing, dan email spam di tiga negara tersebut.
Serangan penipuan yang diamati Google menargetkan, misalnya, Aarogya Setu, sebuah inisiatif pemerintah India untuk menghubungkan warga dengan layanan kesehatan.
Selain itu, Google juga mengamati peningkatan penipuan phishing yang menargetkan perusahaan asuransi di India, karena semakin banyak orang di negara itu yang ingin membeli asuransi kesehatan.
“Penipuan itu sering menyaru sebagai institusi yang sudah mapan. Mereka berusaha menipu korban agar mengklik tautan jahat,” demikian tulis Security Week yang diakses Senin (15 Juni 2020).
Di Inggris, penjahat siber berusaha untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi pengguna dengan menyamar sebagai lembaga pemerintah. Dalam beberapa kasus, mereka juga mencoba meniru Google.
Di Brasil, phisher semakin menargetkan layanan streaming, yang menjadi semakin populer di negara tersebut. Beberapa email phisher itu menggunakan kata-kata provokasi yang menakutkan; mengklaim bahwa pembaca akan didenda jika tidak merespons.
Google mencatat bahwa Gmail terus memblokir lebih dari 99,9 persen dari spam, phishing, dan malware.
Perusahaan mengklaim memiliki pemantauan proaktif untuk malware dan phishing terkait Covid-19. Namun, banyak dari ancaman itu bukan hal baru, tetapi kampanye lama bertujuan untuk mengeksploitasi krisis Covid-19.
Awal tahun ini, perusahaan tersebut memperkenalkan pemindai malware berbasis pembelajaran dalam yang memindai lebih dari 300 miliar dokumen setiap pekan, dan telah meningkatkan deteksi skrip berbahaya lebih dari 10 persen.
“Saat kami mengungkap ancaman, kami berasimilasi ke dalam infrastruktur Safe Browsing (penjelajahan aman) kami sehingga siapa pun yang menggunakan API Safe Browsing dapat secara otomatis menghentikannya,” tutur Google.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: