
Diskusi bertajuk “Literasi Keamanan Data Pribadi Untuk Millenial di Ruang Siber” yang diadakah oleh Sobat Cyber Indonesia, Kamis (11 Juni 2020). | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id/Andi Nugroho
Diskusi bertajuk “Literasi Keamanan Data Pribadi Untuk Millenial di Ruang Siber” yang diadakah oleh Sobat Cyber Indonesia, Kamis (11 Juni 2020). | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id/Andi Nugroho
Jakarta, Cyberthreat.id – Generasi milenial harus sadar dan paham akan pentingnya mengamankan data pribadi. Tidak ada yang bisa melindungi data pribadinya selain si pemilik data.
Terlebih di era digital, data pribadi begitu mudahnya terbagikan di media sosial. Tanpa disadari justru hal itu menjadi ancaman bagi si pemilik data.
Begitulah sejumlah hal yang mengemuka dalam diskusi online yang diadakan oleh Sobat Cyber Indonesia dan ditayangkan langsung melalui saluran YouTube, Kamis (11 Juni 2020) malam.
Dalam diskusi bertajuk “Literasi Keamanan Data Pribadi Untuk Millenial di Ruang Siber” itu, Wartawan Cyberthreat.id Oktarina Paramitha Sandy menuturkan, pengalamannya selama meliput isu pelanggaran data pribadi.
Menurut Okta, ada satu hal yang penting diketahui kalangan milenial bahwa jangan sekali-kali membagikan data pribadinya di media sosial. Data pribadi itu bisa seperti nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat rumah, dan lain-lain.
“Karena data-data pribadi itu bisa disalahgunakan untuk menipu, dan kejahatan siber lain. Sebagai generasi yang akrab dengan teknologi, kita jangan over sharing di media sosial karena itu berpotensi orang lain mengetahui identitas kita,” ujar Okta, panggilan akrabnya.
Menurut Okta, kalangan milenial juga harus bisa menjaga akun-akun onlinenya dengan kata sandi kuat dan unik. Ia menyarankan agar kata sandi terdiri atas kombinasi angka dan huruf.
“Jangan menggunakan kata sandi dari nama orangtua, nama pribadi, nama hewan, atau nama pasangan atau tanggal lahir. Karena penggunaan nama pribadi dan tanggal lahir itu dapat mudah ditebak oleh peretas,” ujar dia.
Untuk memudahkan pemakaian kata sandi, menurut Okta, pengguna bisa memanfaatkan aplikasi password manager.
Sementara, Freelancer Web Designer Riko Sapto Dimo juga menekankan agar pemakaian kata sandi harus berbeda-beda di berbagai platform digital.
Riko juga menjelaskan bagaimana taktik penjahat siber mendapatkan informasi akun online pengguna platform digital. Salah satu yang paling sering dilakukan melalui serangan phishing.
“Phishing ini seperti memancing korban. Si penjahat biasanya membuat sebuah situs web yang mirip dengan aslinya,” kata Riko.
Misalnya, si penjahat membuat halaman web Facebook yang sebetulnya bukan situs web Facebook. Jika pengguna tak menyadari, mereka diminta untuk memasukkan nama pengguna dan kata sandi. Dari situlah, kata Riko, penjahat mendapatkan informasi pribadi korban.
Verifikasi dua langkah
Dalam kesempatan yang sama, Public Relation Dewan TIK Nasional Desy Septiyani mengingatkan kalangan milenial agar memahami fitur verifikasi dua langkah (2FA) dalam platform digital yang digunakan.
Fitur itu, kata dia, dapat memberitahukan pengguna ketika seseorang yang tidak diinginkan mengakses layanan digital pengguna secara tidak sah. Dengan begitu, pengguna dapat memblokir upaya peretasan terhadap layanan digitalnya.
Selain itu, Ruby Robiah Al Adawiah, Finalis Miss Internet Indonesia 2019 juga menambahkan bahwa sebaiknya pengguna internet tidak menyimpan nama pengguna dan kata sandi di peramban web, terutama ketika pengguna tidak memakai gawai pribadinya.
"Biasanya kalau kita akses melalui browser, kan muncul (notifikasi menyimpan password dan username) tuh saat kita login. Nah, kalau aku pribadi tidak mau save automatically. Jadi, kalau mau cari aman sebaiknya tidak menyetujui untuk save automatically nama pengguna dan kata sandi kita," jelasnya.
Sebab, jika seseorang lupa mengeluarkan akun di perangkat publik, siapa saja dengan leluasa dapat mengetahui data pribadi orang tersebut. Bisa saja, orang yang tak bertanggung jawab mengeksploitasinya untuk tindakan jahat tanpa sepengetahuan si pemiliki akun.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: