
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Teknologi deepfake sangat berbahaya jika berada di tangan yang salah, terutama jika digunakan oleh hacker. Deepfake secara sederhana bisa digambarkan sebagai teknik untuk sintesis citra manusia menggunakan kecerdasan buatan atau AI.
Dalam beberapa tahun terakhir, deepfake telah digunakan dalam penyebaran berita palsu, video propaganda, tetapi sejauh ini yang paling banyak digunakan untuk membuat dan menyebarkan konten pornografi.
Baru-baru ini peneliti Trend Micro menemukan modus baru kejahatan hacker yang memonetisasi teknologi deepfake menjadi Deepfake Ransomware.
Deepfake dan Ransomware dalam istilah tersebut punya makna masing-masing. Berbeda dengan ransomware pada umumnya yang menggunakan malware untuk memeras korbannya. Dalam kasus ini, definisi deepfake ransomware adalah video deepfake berkonten pornografi (atau konten lainnya) diciptakan penjahat untuk memeras korbannya.
"Penyerang memulai dengan video deepfake yang memberatkan (menuduh atau menunjukkan bersalah) kepada korban. Video dibuat dari wajah korban dan sampel suara dikumpulkan dari akun media sosial," tulis laporan Trend Micro dilansir TechRadar, Selasa (2 Juni 2020).
Setelah video deepfake dibuat, penyerang mengirimkannya kepada calon korban. Kiriman disertai ancaman. Jika tidak membayar uang tebusan, maka video deepfake berkonten pornografi atau konten lain seperti bukti pengadilan akan disebarluaskan.
"Untuk lebih menekan korban, penyerang memulai hitung mundur dan menyertakan tautan ke video tersebut. Jika korban tidak membayar sebelum batas waktu, semua kontak di buku alamat mereka akan menerima tautan tersebut."
Trend Micro meyakini penggunaan deepfake ransomware dengan tujuan pemerasan ini akan bakal marak dan bisa diluncurkan secara masif dalam waktu dekat.
Forum peretas atau dark web sering membahas bagaimana AI dapat digunakan untuk eWhoring atau sextortion termasuk bagaimana menghindari otentikasi ID Wajah seperti di situs web kencan.
Trend Micro khawatir dengan meningkatnya kecanggihan teknologi serta ancaman yang mengintai, seperti deepfake, dapat membuat penipuan semacam ini menjadi lebih kuat dan sulit untuk dibedakan antara video asli dan video palsu.[]
Redaktur: Arif Rahman
Share: