
Ilustrasi Anonymous yang memakai topeng Guy Fawkes | Foto: spectator.co.uk
Ilustrasi Anonymous yang memakai topeng Guy Fawkes | Foto: spectator.co.uk
San Francisco, Cyberthreat.id – Gerakan aktivis internet tanpa bentuk yang dikenal sebagai “Anonymous” hidup lagi dalam sepekan terakhir menyusul gelombang demonstrasi anti rasisme di Amerika Serikat.
Akun Twitter yang menggunakan variasi nama Anonymous baru-baru ini mengklaim diri sebagai pelaku penyerangan ke situs web Kepolisian Minneapolis.
Pada saat yang sama, jutaan akun Twitter mulai mengikuti poster lawas Anonymous dan me-retweet, sehingga mendorong Anonymous masuk topik populer di Twitter.
Banyak tweet yang menentang tindakan polisi, membela gerakan “Black Lives Matter” atau menyalahkan Presiden Donald Trump.
Namun, siapa pun bisa memakai nama Anonymous di media sosial sehingga tak jelas apakah kelompok yang baru-baru ini menggunakan nickname Anonymous adalah sekumpulan hacker yang terkenal belasan tahun lalu.
Berita Terkait:
Anonymous yang dibentuk pada 20013 terkenal saat itu menyerang lembaga pemerintahan, perusahaan dan lain-lain. Mereka terkenal dengan topeng Guy Fawkes. Anggota mereka ada di mana-mana, bersifat global karena internet tidak mengenal batas teritorial.
Namun, Profesor antropologi Universitas McGill Gabriella Coleman, yang menulis sebuah buku tentang Anonymous, mengatakan dirinya telah diberitahu oleh informannya bahwa beberapa tokoh kunci Anonymous dari satu dekade lalu turut terlibat dalam gelombang protes di Twitter.
"Kemampuan mereka membuat begitu banyak akun [Twitter] baru adalah teknik peretasan klasik dari Anonymous," kata Coleman seperti dikutip dari Reuters, Rabu (3 Juni 2020).
Seorang juru bicara Twitter mengatakan perusahaan belum melihat bukti "aktivitas terkoordinasi substansial" di antara akun Anonymous lama.
"Kami telah melihat beberapa akun mengubah nama profil mereka, foto, dll. Tampaknya untuk mendapatkan pengikut," kata juru bicara Twitter Liz Kelley.
Namun, Liz mengaku telah menghapus satu spam yang berkaitan dengan akun AnonNewz. Twitter mengatakan, menghapus AnonNewz karena "spam dan koordinasi dengan akun spam lainnya."
Sejak video pembunuhan George Floyd (46), warga AS kulit hitam, oleh seorang polisi kulit putih Minneapolis, menjadi viral di media sosial, gelombang protes anti rasisme tersulut di hampir seluruh negara bagian. Pembakaran dan penjarahan terjadi di beberapa bagian.
Floyd meninggal dalam kondisi dicokok lehernya dengan lutut ke aspal, dengan kedua tangannya di posisi belakang, nyaris tanpa perlawanan.
Kematian Floyd mengingatkan lagi kasus-kasus rasisme di AS seperti kematian Eric Gamer pada 2014 di New York yang kemudian mendorong bangkitnya gerakan “Black Lives Matter”.
Share: