
Ilustrasi | Foto: freepik.com/Cyberthreat.id/Faisal Hafis
Ilustrasi | Foto: freepik.com/Cyberthreat.id/Faisal Hafis
Jakarta, Cyberthreat.id - Beberapa waktu belakangan ini, Indonesia dihebohkan dengan isu kebocoran data yang melibatkan jutaan pengguna Indonesia.
Situs belanja online, Tokopedia, diterpa isu kebocoran 91 juta data pengguna. Lalu, Bhinneka.com dikabarkan mengalami kebocoran terhadap 1,2 juta data penggunanya.
Terakhir, sebanyak 2,3 juta data daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2014 ditawarkan di forum darkweb.
Dalam keterangannya yang dibagikan kepada Cyberthreat.id, Jumat (29 Mei 2020), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), mengatakan, secara umum terdapat empat penyebab bagaimana kebocoran data dapat terjadi, yaitu
1. Pencurian atau hilangnya perangkat
Kebocoran data dapat disebabkan pencurian atau hilangnya peralatan fisik yang digunakan untuk menyimpan data, seperti hard disk, memory card, laptop, handphone, dan sebagainya.
2. Akses ilegal terhadap sistem informasi
Kebocoran data dapat terjadi ketika adanya akses terhadap sistem melalui cara yang melanggar hukum, seperti peretasan, virus, worms, atau trojan.
"Dengan cara ini pelaku dapat memasuki sistem. Pelaku dapat mencuri data, menginfeksi dengan mengubah atau menghapus data ataupun merusak sistem agar data tidak dapat diakses," tulis BSSN.
3. Keterlibatan orang dalam
Selain upaya serangan siber dari luar sistem, para peretas juga menargetkan para karyawan/staf atau mantan karyawannya di sebuah perusahaan.
Salah satu metode yang digunakan para penyerang adalah social engineering atau rekayasa sosial, di mana karyawan itu ditipu dan tanpa sadar malah memberikan data sensitif ataupun akses terhadap data.
4. Kelalaian
Analisis BSSN mengatakan, kebocoran data juga dapat disebabkan karena tidak memadainya sistem keamanan yang dimiliki.
Termasuk juga tidak diterapkannya sistem atau protokol pengamanan dasar untuk pencegahan terjadinya kebocoran data, kata BSSN.
Oleh karena itu, BSSN mendorong para pemilik atau pengumpul data untuk meningkatkan keamanan sibernya dengan memperbarui firewall sistem secara rutin, mengenkripsi data, membatasi hak akses untuk setiap tingkatan karyawan serta memberikan edukasi keamanan siber.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: