IND | ENG
Trump Vs Twitter: Pendukung Trump Lecehkan dan Ancam Bunuh Pegawai Twitter

Cuitan Donald Trump yang diberi label cek fakta oleh Twitter

Trump Vs Twitter: Pendukung Trump Lecehkan dan Ancam Bunuh Pegawai Twitter
Yuswardi A. Suud Diposting : Kamis, 28 Mei 2020 - 19:43 WIB

Cyberthreat.id - Yoel Roth bukan seorang eksekutif kunci di Twitter. Dia adalah "head of site integrity" yang bertugas menegakkan aturan di Twitter. Roth bekerja di bawah Del Harvey, wakil presiden Twitter bidang kepercayaan dan keamanan. Selama ini, dia lebih banyak bertugas menangani bot dan spam.

Namun dalam dua hari terakhir, Roth menjadi sasaran kemarahan para pendukung Presiden Amerika Donald Trump. Beberapa cuitan lamanya yang mengkritisi Trump dan pemerintahannya diungkit lagi dan dikaitkan dengan keputusan Twitter memberi label cek fakta pada cuitan Trump tentang pemungutan suara lewat mail-in ballots (surat suara dikirim ke alamat pemilih dan dikembalikan melalui pos).

Pada Rabu pagi waktu setempat, penasehat Gedung Putih Kellyanne Conway muncul di televisi Fox News, membacakan cuitan Yoel Roth dan berkata,"seseorang di San Francisco bangunkan dia. Katakan padanya dia akan mendapat banyak follower."

Benar saja. Setelah itu Roth mendapat lebih dari 3.000 follower. Ribuan follower baru itu datang seperti rombongan laron dan mengacak-acak kolom komentar pada postingan Roth di Twitter. Meskipun Roth sendiri tidak mengunggah apa pun di Twitternya sejak Senin, namun pasukan maya pendukung Trump meninggalkan pesan-pesan bernada melecehkan pada postingan Roth sebelumnya. Tujuannya, tentu saja untuk menjatuhkan mental Roth.

Akun-akun itu sejak pertengahan Selasa lalu meneriakkan nama Roth dan mengungkit lagi jejak digitalnya di masa lalu. Bahkan, hal itu dilakukan menggunakan akun kampanye resmi Trump dan anaknya.

Selain melecehkan, beberapa komentar juga mengancam untuk membunuhnya.

Roth yang telah berkecimpung di Twitter selama lebih dari empat tahun tahun tiba-tiba menjadi seperti titik sentral dalam perdebatan. Ia dianggap sebagai orang di belakang keputusan Twitter menempatkan tanda cek fakta pada cuitan Trump.

Media massa Amerika juga terbelah. Fox News yang dikenal sebagai pendukung Trump, menurunkan sebuah tulisan panjang khusus buat mengulik jejak digital Roth di masa lalu.

Jon Levine, seorang reporter di New York Post yang populer di kalangan konservatif, pada hari Selasa mengunggah tangkapan layar cuitan Roth tentang Partai Republik pada 2017.

Dalam sebuah cuitannya, Roth menyebut ada "Nazi yang sebenarnya di Gedung Putih."

Pada Rabu sore, Donald Trump Junior me-retweet sebuah cuitan untuk 5 juta pengikutnya yang bertuliskan,"pelawak ini bertanggung jawab atas integritas situs? Bisakah Anda menemukan seseorang lebih bias?"

Akun resmi kampanye Trump 2020 menanggapi cuitan Trump dengan menuliskan,"Yoel Roth adalah karyawan Twitter yang bertanggung jawab mengembangkan dan menegakkan aturan Twitter dan ia memiliki jejak cuitan yang buruk dan keji yang menunjukkan ia menderita Sindrom Trump Derangement (TDS)!."

Twitter memastikan bahwa Roth terus bekerja meskipun mendapat ancaman pembunuhan dan pelecehan. Tidak diketahui pasti apakah perusahaan telah memberinya pengamanan ekstra menyusul adanya ancaman itu.

Dilansir dari The Verge, seorang juru bicara Twitter mengatakan bahwa Roth tidak bertanggung jawab atas pengecekan fakta.

"Tidak ada seorang pun di Twitter yang bertanggung jawab atas kebijakan atau tindakan penegakan aturan kami, dan sangat disayangkan melihat karyawan ditargetkan untuk sesuatu yang diputuskan oleh perusahaan," kata juru bicara Twitter.

CEO Twitter Jack Dorsey turut bersuara.

"Pemeriksaan fakta artinya ada seseorang yang pada akhirnya bertanggung jawab atas tindakan kita sebagai perusahaan, dan itu adalah saya,bukan karyawan saya," tweet Dorsey, Kamis (28 Mei 2020).

“Kami akan terus menunjukkan informasi yang salah atau disengketakan tentang pemilu secara global. Dan kami akan mengakuinya jika membuat kesalahan."

Seperti diberitakan sebelumnya, pada hari Selasa  (26 Mei 2020) Trump membuat dua postingan bersambung tentang pemungutan suara lewat surat (mail-in ballots). Trump bilang, mail-in-ballots (yang surat suaranya didistribusikan ke pemilih dan dikirim atau dikembalikan melalui pos),bisa menimbulkan kecurangan dalam pemilu presiden.

Dalam cuitan itu, Trump mengkritik upaya negara bagian California memperluas pemungutan suara lewat surat karena pandemi Covid-19 untuk pemilu presiden nanti. Kebijakan Gubernur California juga digugat oleh Komite Nasional Republik yang merupakan partai pendukung Trump.

"Kotak surat akan dirampok, surat suara akan dipalsukan dan bahkan dicetak secara ilegal dan ditandatangani secara curang...," tulis Trump.

Oleh Twitter, pada bagian bawah kicauan Trump itu diberi tanda dengan tulisan berwarna biru yang berbunyi "Dapatkan fakta tentang mail-in ballots."

Ketika diklik, tanda khusus itu mengarahkan ke halaman yang berisi kumpulan berita dari media mainstream di Amerika seperti dan cuitan tokoh berpengaruh yang sebagian besar menyangkal pernyataan Trump.

Pada bagian paling atas, Twitter membuat rangkuman "apa yang harus Anda tahu" tentang mail-in ballots berisi tiga poin yang membantah penyataan Trump. Tiga poin itu adalah:

1. Trump secara keliru mengklaim bahwa surat suara secara langsung akan mengarah pada "Pemilu yang curang." Namun, pemeriksa fakta mengatakan tidak ada bukti bahwa surat suara yang masuk terkait dengan penipuan pemilih.

2. Trump salah mengklaim bahwa California akan mengirim surat suara ke "siapa pun yang tinggal di negara bagian, tidak peduli siapa mereka atau bagaimana mereka sampai di sana." Faktanya, hanya pemilih terdaftar yang akan menerima surat suara.

3. Lima negara bagian telah memberikan suara sepenuhnya melalui surat dan semua negara bagian menawarkan beberapa bentuk surat absensi, menurut NBC News.

Tak terima diperlakukan begitu, Trump pun melampiaskan kekesalannya dalam cuitan berikutnya hari ini, Rabu (27 Mei 2020).

Twitter sekarang mencampuri Pemilihan Presiden 2020. Mereka mengatakan pernyataan saya tentang mail-in ballots, yang akan mengarah pada kecurangan besar-besaran dan penipuan, tidak benar, berdasarkan pemeriksaan fakta oleh berita palsu CNN dan Amazon Washington Post," kata Trump.

"Twitter benar-benar melumpuhkan kebebasan berbicara, dan saya, sebagai Presiden, tidak akan membiarkan itu terjadi!," tulis Trump.

Pada hari Rabu kemarin, Trump kembali mengungkapkan kemarahannya dan menjanjikan akan ada "tindakan besar" terhadap situs media sosial yang dia yakini menyensor Partai Republik dan mengancam akan "menutupnya."[]

#twitter   #jackdorsey   #donaldtrump   #hoax   #cekfakta

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Antisipasi Deep Fake, Wamen Nezar Patria: Kominfo Lindungi Kelompok RentanĀ 
Banyak Penipu dengan Centang Biru di (Twitter) X
X (Twitter) Kumpulkan Data Biometrik dari Pengguna Premium untuk Perangi Peniruan Identitas
Instagram Threads Dihentikan di Eropa karena Masalah Privasi