
Station Manager Chad Shane dari Scandinavian Airlines memindai wajah penumpang di Bandara Dulles, Virginia. Foto: Washington Post | Bill O'Leary
Station Manager Chad Shane dari Scandinavian Airlines memindai wajah penumpang di Bandara Dulles, Virginia. Foto: Washington Post | Bill O'Leary
Washington DC, Cyberthreat.id – Pemerintah Amerika Serikat dan maskapai penerbangan terlihat semakin memanfaatkan teknologi pengenal wajah. Alat tersebut dipakai mulai saat check-in, penurunan bagasi, pintu keamanan, dan saat naik pesawat.
“Sejauh ini bandara tidak menggunakan wajah kita untuk pengawasan massal dan warga AS memiliki hak untuk memilih menolak,” tulis Geoffrey A. Fowler, kolomnis teknologi di Washington Post.
“Tetapi, Anda tidak dapat menghindarinya jika Anda tidak tahu itu (pengawasan massal) sedang terjadi.”
Menurut Fowler, mulai tahun ini teknologi pengenalan wajah lebh banyak untuk memverifikasi identitas penumpang di Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan khusus penerbangan internasional. “Tetapi, Administrasi Keamanan Transportasi dan maskapai penerbangan berencana memperluasnya ke perjalanan domestik juga,” kata dia.
Maka dari itu, ia mengatakan, penumpang kini harus mulai waspada setiap kali diminta untuk melihat ke kamer atau mencopot kaca mata atau topi karena dianggap mengganggu pemindaian wajah.
“Ini mungkin terdengar usang, tetapi saat ini, kunci untuk memilih menghindar dari teknologi pengenalan wajah adalah waspada,” kata Fowler mengutip imbauan dari Electronic Frontier Foundation.
Sejumlah maskapai penerbangan dan bandara memang memiliki kebijakan yang berbeda-beda terkait pemberitahuan teknologi tersebut.
JetBlue, misalnya, memiliki tanda dalam bahasa Inggris di meja sekitar boarding dan menaruh sebuah pengumuman.
Delta, yang memindai wajah saat check-in, pemeriksaan keamanan, dan penurunan bagasi, mengatakan, selalu memberitahu bahwa penumpan bisa memilih untuk menolak. Delta memasang pemberitahuan itu melalui e-struk dan email pengingat check-in, layar layanan penjualan tiket, pengumuman, dan tanda-tanda saat pemeriksaan keamanan dan bagasi.
Menurut Fowler, di Terminal F Bandara Atlanta, yang menerapkan terminal biometrik, kurang dari dua persen penumpang memilih menolak.
“Jika Anda memilih menolak, artinya pemeriksaan dokumen dilakukan secara manual. Anda mungkin diminta untuk berdiri di jalur terpisah yang (pelayanannya) mungkin lambat,” tulis Fowler.
Akhir pekan lalu, kelompok pendukung hak-hak digital, termasuk Fight For The Future, baru saja meluncurkan situs web airlineprivacy.com yang menyajikan daftar maskapai yang menerapkan teknologi pengenalan wajah.
Fowler mengatakan, jika ada penumpang yang mendapat tekanan dari petugas karena keputusan menolak pemindaian, “Ketahuilah bahwa Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS sendiri berulang kali menyatakan di depa Kongres, bahwa pemindaian wajah bersifat pilihan untuk warga negara. Ya itu setidaknya untuk saat ini,” tulis dia.
Dalam situs web Patroli Perbatasan AS (Costums and Border Protection/CBP) disebutkan, bahwa saat ini CBP tidak mewajibkan warga AS atau orang asing yang dikecualikan untuk difoto ketika memasuki atau keluar dari negara tersebut.
“Para pelancong yang meminta untuk tidak berpartisipasi dalam proses pengenalan wajah dapat memberitahu petugas CBP atau perwakilan maskapai atau bandara untuk cara alternatif memverifikasi identitas dan dokumen.”
Hal sama juga dilakukan Administrasi Keamanan Transportasi AS (Transportation Security Administration/TSA). “Partisipasi dalam pengujian teknologi biometrik adalah sukarela. Penumpang dapat memberitahu petugas TSA jika mereka tidak ingin dipindai dan akan melalui proses verifikasi identitas standar,” tulis TSA dalam situs webnya.
Jadi, para traveller tak perlu khawatir lagi, kan...
Share: