IND | ENG
Awas, Konsumen Kerap Lalai Saat Online Banking, Hacker Bisa Pesta Pora

Ilustrasi

Awas, Konsumen Kerap Lalai Saat Online Banking, Hacker Bisa Pesta Pora
Arif Rahman Diposting : Minggu, 17 Mei 2020 - 13:48 WIB

Cyberthreat.id - Studi terbaru dari perusahaan data analitik FICO menemukan sebagian besar orang Amerika Serikat (AS) tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi password dan login secara online. Kondisi ini diperkirakan juga terjadi di berbagai negara di dunia.

Ketika konsumen semakin mengandalkan layanan online sebagai solusi menghadapi Covid-19, FICO melakukan studi meneliti langkah-langkah yang diambil orang AS untuk melindungi informasi keuangan secara online. Bagaimana sikap masyarakat AS terhadap peningkatan layanan digital dan opsi keamanan alternatif seperti data biometrik.

Studi ini menemukan sebagian besar orang AS tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mengamankan informasi mereka secara online.

Berikut catatan penelitian tersebut:

1. Hanya 42% yang menggunakan password terpisah untuk mengakses beberapa akun

2. Sebanyak 17% responden memiliki antara dua sampai lima password yang digunakan kembali di seluruh akun;

3. Dan sebanyak 4% menggunakan password tunggal di semua akun.

4. Kurang dari 23% responden menggunakan pengelola password terenkripsi yang banyak dianggap sebagai praktik terbaik

5. Sebanyak 30% menggunakan strategi berisiko tinggi seperti menuliskan password di buku catatan.

"Kami melihat lebih banyak penjahat cyber yang menargetkan konsumen di tengah Covid-19 melalui (kejahatan) phishing dan rekayasa sosial," kata Liz Lasher, wakil presiden pemasaran portofolio penipuan di FICO, dilansir Security Magazine, Jumat (15 Mei 2020).

"Akibat situasi pandemi saat ini, banyak konsumen hanya dapat mengakses keuangan secara digital, sehingga sangat penting untuk tetap waspada terhadap penipuan dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk melindungi diri secara digital."

Studi ini menunjukkan konsumen kesulitan mempertahankan password mereka saat ini. Sebanyak 28% konsumen dilaporkan meninggalkan pembelian online karena lupa informasi login, dan 26% melaporkan tidak dapat memeriksa saldo akun. Nama pengguna dan password yang terlupa bahkan memengaruhi pembukaan akun baru.

Studi ini menyatakan tren digital semakin penting karena konsumen lebih bersedia melakukan bisnis/kepentingan secara digital. Hasilnya seperti:

1. Lebih dari setengah responden akan membuka rekening pengecekan (52%) secara online.

2. Responden juga melakukan pengecekan telepon seluler (64%) secara online.

3. Mayoritas responden (82%) mengatakan bersedia membuka rekening kartu kredit secara online.

Bagaimana dengan biometrik?

Survei menemukan 78% responden mengatakan senang karena bank mereka menganalisis biometrik perilaku - seperti bagaimana Anda mengetik.

Untuk faktor keamanan, 65% responden senang memberikan biometrik ke bank mereka; sementara 60 persen terbuka untuk menggunakan pemindaian sidik jari guna mengamankan akun mereka.

Selain itu, ketika masuk ke aplikasi mobile banking, responden mempertimbangkan langkah-langkah keamanan alternatif di luar nama pengguna dan password secara tradisional.

Lima alternatif keamanan yang paling banyak digunakan adalah:

1. Kode akses satu kali (One Time Password/OTP) melalui SMS (53 persen)

2. Kode akses satu kali (One Time Password/OTP) melalui email (43 persen)

3. Pemindaian sidik jari (39 persen)

4. Pemindaian Wajah (24 persen)

5. Kode akses satu kali (One Time Password/OTP) dikirimkan dan diucapkan ke ponsel (23 persen)

"Layanan digital saat ini memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Saat (Covid-19) ini adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi bagaimana kita melindungi diri sendiri dan informasi secara online," kata Lasher. 

"Konsumen dengan senang hati mengadopsi keamanan seperti OTP dan sekarang menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk mengadopsi opsi tambahan, seperti biometrik, untuk melindungi akun mereka."

"Organisasi jasa keuangan dan konsumen perlu terus menjaga praktik terbaik keamanan agar tetap membantu memerangi penipu sekarang dan di masa depan."

#Onlinebanking   #Mobilebanking   #hacker   #datapribadi   #biometrik   #otp   #transaksielektronik   #ekonomidigital   #Covid-19   #corona   #Phishing   #socialengineering

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Pemerintah Dorong Industri Pusat Data Indonesia Go Global
Microsoft Ungkap Aktivitas Peretas Rusia Midnight Blizzard