IND | ENG
Konten Hoaks Jadi Mesin Uang, Raup Rp824 Miliar?

Ilustrasi. | Foto: medcom.id

Konten Hoaks Jadi Mesin Uang, Raup Rp824 Miliar?
NEMO IKRAM Diposting : Minggu, 09 Juni 2019 - 18:00 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Sebagian besar saluran YouTube memproduksi konten hoaks, kemungkinan besar lantaran mampu menjadi mesin uang. Fakta ini terbukti dengan terungkapnya aktivitas 14 kanal YouTube dari Rusia yang memproduksi konten sampah untuk meraup ratusan miliar rupiah- diperkirakan mencapai Rp824 milair. Tentu saja praktek itu bertentangan dengan kebijakan layanan streaming terpopuler di dunia itu. 

Laman Reuters.com melaporkan, di antara belasan saluran itu termasuk outlet berita NTV dan Russia-24. Bahkan memproduksi laporan palsu mulai dari politisi AS yang menutupi pengambilan organ manusia hingga keruntuhan ekonomi negara-negara Skandinavia. Terlepas dari konten seperti itu, pemirsa berbondong-bondong ke saluran itu. Bahkan pemerintah dan berbagai perusahaan ikut beriklan di saluran itu. 

Hasil penelitian Omelas, sebuah perusahaan yang berbasis di Washington yang melacak ekstremisme online untuk kontraktor pertahanan, memberikan pandangan paling komprehensif tentang keberhasilan menghasilkan pendapatan dari propaganda di YouTube, yang memiliki 2 miliar pemirsa bulanan di seluruh dunia.

Omelas memperkirakan uang yang diraub dari konten sampah itu mencapai US$ 58 juta (sekitar Rp824 miliar) dari iklan, termasuk beberapa dari pengiklan Barat. Diperkirakan bahwa Rusia dapat menerima US$ 7 juta hingga US$ 32 juta di bawah program berbagi pendapatan standar YouTube, sementara YouTube sendiri mengantongi dari US$ 6 juta menjadi US$ 26 juta.

Analisis yang akurat sulit dilakukan karena YouTube membagikan data pemirsa dan penjualan yang terbatas. YouTube menolak berkomentar tentang pendapatan saluran. 

"YouTube terus mengaktifkan monetisasi propaganda negara, konspirasi pinggiran, dan kemarahan yang disengaja," kata Ryan Fox, chief operating officer dari perusahaan cybersecurity New Knowledge.

Omelas menyebutkan NTV paling banyak ditonton, berisi hampir 770.000 video, termasuk kompetisi menyanyi, acara bincang-bincang dan klip berita, beberapa lebih jelas bias atau tidak akurat daripada yang lain. Beberapa saluran dalam bahasa Inggris, Prancis atau bahasa lain, tetapi sebagian besar dalam bahasa Rusia.

YouTube sebagian besar menghasilkan pendapatan dari penjualan iklan yang ditempatkan berdekatan, sebelum atau selama video di layanannya. Beberapa pengiklan Barat, yang tidak menyadari iklan mereka muncul di saluran Rusia, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka khawatir terkait dengan konten yang dipertanyakan.

John Montgomery, seorang wakil presiden eksekutif global di perusahaan pembelian iklan GroupM, mengatakan pengiklan dapat mengatur filter untuk secara otomatis menghindari mendukung beberapa saluran yang tidak menyenangkan itu, hanya saja masih tidak sempurna.

"Disinformasi adalah tantangan terbesar yang kita dapatkan di internet hari ini," katanya.[]

#hoax   #hoaks   #youtube   #google

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Menteri Budi Arie Apresiasi Kolaborasi Perkuat Transformasi Digital Pemerintahan
Google Mulai Blokir Sideloading Aplikasi Android yang Berpotensi Berbahaya di Singapura
Butuh Informasi Pemilu? Menteri Budi Arie: Buka pemiludamaipedia!
Agar Tak Jadi Korban Hoaks, Menkominfo: Gampang, Ingat BAS!