IND | ENG
Mengenal Jane Wong, Si Cantik Pembocor Rahasia Perusahaan Teknologi

Jane Machun Wong via BBC

Mengenal Jane Wong, Si Cantik Pembocor Rahasia Perusahaan Teknologi
Yuswardi A. Suud Diposting : Selasa, 12 Mei 2020 - 03:33 WIB

Cyberthreat.id - "Instagram sedang mengerjakan   IGTV Ads agar influencer dapat memonetisasi konten mereka dengan menjalankan iklan pendek di Video IGTV mereka," tulis Jane Manchun Wong di akun Twitternya pada 7 Februari 2020 sembari melampirkan sebuah tangkapan layar.

Saat Jane menuliskan itu di Twitter, pihak Instagram sendiri belum mengumumkannya. Sampai kemudian Manajer Komunikasi Facebook untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA), Alexandru Voica, membalas cuitan Jane. Seperti diketahui, Facebook adalah perusahaan induk Instagram.

"Kami terus mencari cara untuk membantu pembuat konten menghasilkan uang dengan IGTV. Kami tidak memiliki detail lebih lanjut untuk dibagikan sekarang, tetapi kami akan terus mengembangkannya," jawab Voica.

Sebulan kemudian, pada 13 Maret 2020, Bloomberg menurunkan laporan yang menyebutkan Instagram mulai menjajaki menggandeng para pembuat video ternama untuk menjadi mitranya dalam menguji fitur monetisasi IGTV. Prinsip kerjanya mirip-mirip Youtube, dengan memasang iklan di IGTV, lalu membagikan sebagian hasilnya kepada pembuat video atau content creator.

"Kreator yang bermitra dalam program itu akan menerima 55 persen komisi dari iklan IGTV, jumlah yang sama dengan Youtube," tulis Bloomberg mengutip sumber anonim.

Chief Operating Officer Instagram Justin Osofksy membenarkan kabar itu. Kata Justin, setelah ujicoba, fitur monetisasi bagi kreator akan dikembangkan secara bertahap.

"Untuk memastikan layanan berjalan baik, kami menggandeng beberapa kreator demi menguji coba fitur baru," kata Justin.

Di Twitter, Jane Manchun Wong menanggapi berita itu dengan mengatakan,"Sudah saya cuitkan 37 hari sebelum Bloomberg News."

Fakta bahwa Jane mengetahui apa yang sedang dikerjakan Instagram sebelum diumumkan ke publik, tentu saja mengejutkan banyak pihak. Sebab, Jane bukan orang dalam di Instagram.

Lantas, siapa dia? Di Twitter, Jane menyebut dirinya sebagai,"Reverse-engineering untuk fitur tersembunyi dan celah keamanan aplikasi."

Sebagai reverse-engineering, Jane terbiasa mengoprek kode pemograman sebuah aplikasi. Setiap ada pembaruan sebuah aplikasi, Jane memelototi baris demi baris kode pemogramannya. Sampai akhirnya dia menemukan sesuatu yang tersembunyi di aplikasi.

Itu bukan pertama kali Jane mengungkap rahasia dapur perusahaan teknologi dari Silicon Valley. Wanita berusia 25 tahun itu juga lah yang pertama kali mengumumkan ke publik ketika Facebook sedang menyiapkan fitur kencan yang dinamakan Facebook Dating.

Dia juga yang membocorkannya ke publik ketika Airbnb sedang menguji fitur yang memberitahukan kepada pemilik penginapan (tuan rumah) bahwa pesawat yang ditumpangi tamu mereka sudah mendarat dengan selamat.

Jane juga orang pertama yang melaporkan eksperimen kontroversial Instagram dengan menyembunyikan suka, mengungkapkan fitur itu dua minggu sebelum Instagram mulai mengujinya secara terbuka.

Karena sejumlah reputasi itulah, media massa kerap mengutip informasi darinya ketika Jane mengunggah sesuatu yang baru yang sedang dikerjakan oleh perusahaan teknologi di Silicon Valley.
 
Terbaru, Jane baru saja mendapat informasi  bahwa Facebook sedang menyiapkan fitur yang belum dirilis ke publik yaitu banner yang menghubungkan orang-orang yang menganggur akibat wabah Covid-19 dengan situs web yang menyajikan informasi lowongan kerja.

Dikenal sebagai blogger teknologi dan peneliti aplikasi, Jane memang punya hobi berburu fitur baru yang sedang dikerjakan perusahaan teknologi. Ia kerap membagikan temuannya di website pribadinya, wongmjane.com.

Namun, tak semua orang senang dengan apa yang dilakukan. Ia pernah dituduh melakukan itu untuk mengambil keuntungan di pasar saham. Itu terjadi ketika dia mengungkap fitur Facebook Dating. Tak disangka, informasi itu membuat anjlok harga saham pesaing Facebook yang bermain di aplikasi kencan yaitu Match Group, pemilik aplikasi kencan Tindr dan situs web Match.com. Tak tanggung-tanggung, saham Match Group anjlok lebih dari 20 persen.

Telunjuk pun mengarah kepada Jane. Ia dituding melakukan itu untuk keuntungan pribadi dari anjloknya harga saham itu.

"Tidak semua orang memahami komputasi dan keamanan informasi, dan kadang-kadang ketika orang melihat sesuatu yang saya posting, mereka bereaksi berlebihan," kata Jane dalam sebuah wawancara dengan BBC tahun lalu.

Hacker Topi Putih
Berasal dari Hong Kong dan menempuh pendidikan di jurusan ilmu komputer Universitas Masscahusetss Darthmounth, Amerika Serikat, Jane bisa disebut sebagai white hat hacker alias peretas topi putih.

Beberapa kali ia mendapatkan uang dari melaporkan celah keamanan sebuah aplikasi lewat program bug-bounty yang digelar perusahaan. Beberapa peretas topi putih yang menemukan kerentanan untuk melindungi pengguna, menjadikan ini sebagai karier penuh waktu.

Facebook memulai program bug bounty pada tahun 2011 dan sejak itu membayar lebih dari US$ 7,5 juta untuk para peneliti keamanan di lebih dari 100 negara. Google memiliki program serupa, yang menawarkan antara US$ 100 hingga US$ 200.000 berdasarkan beratnya penemuan.

"Tujuan utama saya [ketika menemukan bug] adalah untuk membantu mencegah terjadinya peretasan  data aktual," kata Jane seperti dikutip CNN Business.

Jane sendiri telah empat kali mendapat penghargaan dari Facebook karena menemukan celah keamanan pada kode pemograman raksasa sosial media itu. Dua dari pembayaran yang didapatnya di atas US$ 500.

Temuannya tentang fitur-fitur baru yang belum dirilis, kata Jane, lantaran dia memang senang melakukannya, bukan untuk mencari uang.  

"Saya kebanyakan hanya ingin tahu bagaimana aplikasi bekerja dan strukturnya," katanya. “Sekarang saya membagikannya di Twitter karena orang-orang tampaknya memang menarik. Jadi, mengapa tidak membaginya dengan dunia?" ujarnya.

Kepada Business Insider yang mewawancarainya Februari lalu, Jane mengatakan awalnya ia terobsesi untuk mengetahui lebih dalam mengapa dalam setiap pembaruan aplikasinya perusahaan teknologi menyebutnya sebagai "perbaikan bug dan peningkatan performa."

Bagi Jane, mengetahui apa yang dapat dilakukan teknologi lewat aplikasi yang tertanam di ponselnya adalah sebuah  keharusan.   

"Tidak benar-benar mengetahui apa yang dapat dilakukan aplikasi pada ponsel Anda seperti memiliki kotak tertutup yang tersimpan di rumah Anda, dan Anda tidak tahu apa yang dikerjakan atau dikandungnya," kata Jane dalam wawancara yang lain dengan South China Morning Post.

Itu sebabnya, setiap kali ada aplikasi yang diperbaharui, Wong mengoprek kode pemogramannya, lalu mencari bit yang tidak aktif yang dapat menunjukkan fitur yang sedang diuji. Kemudian dia merekayasa balik kode pemograman untuk membuat fitur tersembunyi muncul di teleponnya, bahkan sebelum fitur itu diumumkan oleh perusahaan pemilik aplikasi.

"Saya melakukannya sebagian besar untuk hiburan pribadi," kata Wong kepada CNBC. "Jika saya melihat fitur, saya memeriksa apakah ada kerentanan keamanan, dan jika tidak, saya tweet."

Reaksi Perusahan Silicon Valley
Perusahaan-perusahaan tampaknya tidak keberatan dengan hobi Wong. Seorang juru bicara Twitter mengatakan kepada CNN Business bahwa platform ingin penggunanya menjadi bagian dari proses, dan jenis penemuan ini membantunya belajar.

“Pekerjaan Jane untuk menemukan apa yang sedang kami kerjakan telah menjadi bagian yang menyenangkan dari proses pengembangan produk kami. Tweet-nya telah memberi kami umpan balik segera dan awal tentang apa yang kami bangun, "kata Suzanne Xie, direktur manajemen produk Twitter, dalam sebuah pernyataan kepada Business Insider.

Berkat informasi yang diungkapnya, Jane sekarang punya lebih dari 50 ribu pengikut di Twitter. Pada Oktober 2019 lalu, dia mendapat dua follower baru. Dua nama besar di jagat teknologi. Mereka adalah Adam Mosseri yang mengepalai Instagram, dan Andrew "Boz" Bosworth, kepala inisiatif perangkat keras Facebook.

"Saya merasa sangat mengejutkan bahwa mereka mengakui keberadaan saya," kata Wong. "Saya dulu berbicara kepada dunia seolah-olah tidak ada yang menonton, tapi sekarang, mereka mengikuti saya."

Seorang ilmuwan data Instagram, Colin Higgins, bahkan menyebut informasi yang diungkap Jane melebihi apa yang diketahui oleh tim komunikasi internal mereka sendiri.

Ketertarikan Jane terhadap celah keamanan di internet sesungguhnya sudah terlihat sejak kecil. Tumbuh besar di Hong Kong, ia ingat benar ketika ayahnya memblokir akses internetnya setelah ia berhasil menyiasati kontrol orangt tua (parental control) yang diatur ayahnya di peramban Internet Explorer.

"Ketika ayah saya memasang kontrol orang tua, saya akan menemukan cara untuk menghindarinya," kata Jane kepada CNN Business.[]

#hacker   #ethicalhacker   #whitehathacker   #peretastopiputih   #instagram   #facebook

Share:




BACA JUGA
Microsoft Ungkap Aktivitas Peretas Rusia Midnight Blizzard
Penjahat Siber Persenjatai Alat SSH-Snake Sumber Terbuka untuk Serangan Jaringan
Peretas China Beroperasi Tanpa Terdeteksi di Infrastruktur Kritis AS selama Setengah Dekade
Google Cloud Mengatasi Kelemahan Eskalasi Hak Istimewa yang Berdampak pada Layanan Kubernetes
Serangan siber di Rumah Sakit Ganggu Pencatatan Rekam Medis dan Layanan UGD