
Pengguna kafe internet di Beijing yang dipotret pada 31 Mei 2017. | Foto: EPA/Roman Pilipey
Pengguna kafe internet di Beijing yang dipotret pada 31 Mei 2017. | Foto: EPA/Roman Pilipey
Cyberthreat.id – Napas penghuni kafe internet di China yang biasa bergejolak, kini belum terlihat. Kafe-kafe internet yang selalu disambangi anak-anak muda bermain game itu tampak lengang.
Layar komputer masih gelap di sejumlah cybercafe di China.
Kehidupan belum kembali normal. Para gamer bertanya-tanya: kapan mereka bisa mengunjungi hangout favorit mereka lagi?
“Kapan kafe internet dibuka? Overwatch (sebuah game yang dikembangkan oleh Blizzard Entertainment) merilis hero baru, tolong buka pintu dan biarkan saya bermain,” tulis pengguna Weibo—semacam Twitter—memohon.
Sejak dilanda Covid-19 pada Desember lalu, China kini perlahan mulai membuka roda ekonomi, meski belum sepenuhnya. Sebagian wilayah masih takut-takut beraktivitas. Praktis sejak Wuhan, sumber virus corona pertama ditemukan, dikunci, gerak manusia dan laju ekonomi macet selama tiga bulan.
Cybercafe dan tempat hiburan indoor, tulis Abacusnews, Rabu (16 April 2020) awalnya diberi lampu hijau oleh pemerintah untuk beroperasi, tapi mereka diminta tutup kembali.
Pelanggan setia yang menunggu berbulan-bulan harus gigit jari.
Cyberface atau di Indonesia dikenal dengan sebutan warung internet (warnet), sebagai sisa peradaban awal internet mewabah, di beberapa wilayah di Asia masih bertahan hidup. Kini mereka berubah menjadi titik hangout favorit para gamer.
Pengunjung dapat bersantai di kursi sambil mengobarkan pertempuran di League of Legends atau balapan mobil.
Abacusnews mencatat di China, jumlah cybercafe antara 130.000 hingga 150.000.
Ada yang berbeda bermain game di rumah dan di cybercafe. Setidaknya ini yang dirasakan seorang gamer, Zhihu. “Bagaimana bermain sendiri di rumah senyaman bermain di warnet dengan teman?” tanya dia.
“Ada banyak orang di rumah, banyak kebisingan dan hal-hal lain yang terjadi...dan orangtua saya cenderung banyak mengeluhkan ketika mereka tahu saya bermain game sepanjang hari. Jadi, saya pergi keluar dan bermain,” ia menjelaskan tentang mengapa orang masih akan membayar kursi di depan komputer warnet.
Di China, warnet mengalami gelombang yang luar biasa pada 2000-an. Pada 2002, misalnya, China pernah diterpa kejadian memilukan soal warnet. Saat itu dua remaja membakar sebuah kafe internet di Beijing, menewaskan 25 orang, kebanyakan dari mereka adalah siswa.
Bencana itu mengejutkan negara dan menimbulkan gelombang kemarahan publik. Ratusan ribu kafe ditutup di bawah tindakan keras pemerintah, dan tempat-tempat yang tersisa digambarkan sebagai "sarang opium" modern yang meracuni anak-anak muda negara itu.
Namun, cybercafe berevolusi jauh meningkat sejak saat itu, menerapkan pemeriksaan identitas, bahkan kamera pengenal wajah untuk melihat pengunjung di bawah umur.
Menurut Abacusnews, ada kabar baik bagi penggemar di Shanghai, Sanya dan beberapa kota lainnya. Warnet secara bertahap bakal dibuka kembali dengan protokol kebersihan yang ketat, seperti hanya memberlakukan pengunjung 50 persen dari kapasitas warnet, memeriksa suhu tubuh pelanggan, dan memindai kode kesehatan pada ponsel mereka.
Sementara, di tempat lain, penggemar cybercafe masih menunggu hidup untuk kembali normal.
Di Hubei, provinsi yang beribu kota di Wuhan, cybercafe adalah salah satu dari sembilan jenis fasilitas dalam ruangan yang secara khusus dilarang dibuka kembali hingga pandemi berakhir.
Di Tianjin, sebuah kota pelabuhan di timur laut China, warnet masih ditutup. "Bisakah warnet di Tianjin dibuka kembali?" tanya pengguna Weibo lain.
Hampir tiga bulan tanpa penghasilan adalah waktu yang lama untuk bisnis apa pun, dan tampaknya sangat sulit bagi warnet di China. Mereka menghadapi krisis. Sebagian bangkrut.
"Saya menemukan kafe internet di pintu masuk lingkungan kami, yang memiliki dekorasi kelas atas, sekarang telah menjadi supermarket," kata seorang pengguna Weibo di Changsha. "Kafe internet ini benar-benar dibunuh oleh pandemi."
"Tiga kafe internet sudah gulung tikar di kota kecil kami ... Mari kita lihat siapa yang berikutnya," tulis pengguna Weiba yang lain dengan datar.
Beberapa orang menyalahkan keengganan pihak berwenang untuk membiarkan kafe internet dibuka kembali.[]
Share: