
Desa Temboro, Magetan.| Foto: Antaranews.com
Desa Temboro, Magetan.| Foto: Antaranews.com
Cyberthreat.id - Bupati Magetan, Jawa Timur, Suprawoto terkesiap. Sebuah kabar tak sedap datang dari negeri jiran Malaysia. Pada 19 April 2020, Kementerian Kesehatan Malaysia mengumumkan telah ditemukan klaster penularan baru Covid-19 yang disebut klaster "Pelajar Magetan Jawa Timur."
Menurut Kementerian Kesehatan Malaysia, 43 pelajar itu baru pulang dari pesantren di Temboro, Magetan, dan tiba di Malaysia pada 16 April. Di bandara, mereka menjalani tes dan dipastikan positif Covid-19. Kini, mereka dikarantina di Malaka dan Putrajaya.
Mendapat kabar itu, Suprawoto seakan tak percaya. Dia dan jajarannya lantas mengontak Kementerian Luar Negerti serta Kedutaan Malaysia di Jakarta untuk menanyakan kebenarannya.
Setelah memastikan kebenaran kabar itu, Suprawoto langsung memanggil pengasuh pondok pesantren Al Fatah Temboro. Pemkab Magetan juga mengumpulkan ODP untuk membahas klaster penularan.
Menurut Suprawoto, saat pemulangan santri, alat rapid test sangat terbatas. Walhasil, mereka hanya dicek suhu tubuh secara manual.
Suprawoto berterima kasih pihak Malaysia mengumumkan klaster penularan baru itu. Dengan begitu, dia bisa melakukan langkah-langkah untuk menelusuri jejak penularan, termasuk segera mengkarantina penghuni pondok pesantren.
Tanpa itu, bisa jadi Suprawoto mengira pesantren tersebut dalam kondisi aman-aman saja.
Malaysia memang rajin mempublikasikan dan mengumumkan kepada masyarakat jika ditemukan adanya klaster penularan baru.
Hingga 19 April kemarin, Malaysia mencatat ada 32 klaster penularan. Yang terbanyak adalah klaster penularan dari acara tabligh akbar di Masjid Seri Petaling yang digelar pada 28 Februari hingga 1 Maret lalu. Dari klaster ini, tercatat penularannya sudah menjadi 1.950 kasus dan telah menjalar hingga ke generasi kelima.
Dengan diumumkannya klaster penularan itu, mereka yang pernah berinteraksi atau melakukan kontak jarak dekat, bisa mawas diri untuk melakukan pemeriksaan mandiri demi menyelamatkan diri dan orang-orang terdekat dari kemungkinan turut terpapar virus corona.
Sayangnya, hal ini tidak dilakukan pemerintah Indonesia. Setidaknya, jika pun ada, publik tidak pernah mendapatkan update informasinya secara konsisten.
Situs covid19.go.id yang dikelola Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 dan merupakan situs resmi nasional, tidak pernah sekalipun mempublikasi jejak penularan. Yang ada hanya angka-angka statistik jumlah orang terinfeksi, yang dirawat, yang sembuh dan yang meninggal.
Informasi yang disajikan oleh situs covid19.go.id yang dikelola oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
Padahal, seharusnya, dibalik angka-angka itu, ada cerita jejak penularan yang harusnya dibuka ke masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus seperti yang dilakukan Malaysia. Dengan begitu, Bupati Magetan Suprawoto pun dapat dengan cepat melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menekan laju penularan.
Setelah sempat menuai protes dari sejumlah pihak, Presiden Jokowi sendiri telah memerintahkan jajarannya membuat data terpadu terkait Covid-19 yang dapat diakses oleh masyarakat. Namun, entah dimana kendalanya, hingga kini belum ada perubahan berarti dalam akses informasi Covid-19 yang disajikan ke masyarakat.
Terbaru, dalam rapat online yang digelar pada 20 April 2020 kemarin, Jokowi kembali meminta para menteri dan institusi terkait untuk memberikan informasi yang terbuka terkait wabah corona kepada masyarakat.
"Komunikasi yang terbuka, sistem data informasi yang terbuka kepada semua pihak," kata Jokowi.[]
Berita terkait:
Share: