
Foto rapat kabinet Inggris yang diunggah Perdana Menteri Boris Johnson di akun Twitter-nya dan menampakkan ID rapat Zoom. | Foto: Twitter Boris Johnson
Foto rapat kabinet Inggris yang diunggah Perdana Menteri Boris Johnson di akun Twitter-nya dan menampakkan ID rapat Zoom. | Foto: Twitter Boris Johnson
Jakarta, Cyberthreat.id – Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky, memprediksi tren kejahatan siber yang memanfaatkan aplikasi Zoom bakal bertambah banyak.
Salah satu ancaman siber yang harus diwaspadai adalah sebaran perangkat lunak jahat (malware) yang menargetkan aplikasi telekonferensi video.
"[Karena] orang jahat [cenderung] akan mengkuti tren,” kata Direktur Tim Riset dan Analisis Global untuk Kaspersky Asia Pasifik Kaspersky, Vitaly Kamluk, dalam diskusi virtual dengan pers, Rabu (15 April 2020).
Selama pandemi Covid-19, Zoom menjadi aplikasi telekonferensi populer karena dimanfaatkan banyak orang yang bekerja dari rumah. Zoom menjadi opsi orang dewasa hingga anak-anak sekolah untuk melakukan rapat-rapat virtual.
Sebelumnya, Kaspersky telah menemukan lebih dari 1.300 file yang menyamar dan mendompleng popularitas aplikasi telekonferensi video, seperti Zoom, WebEx, dan Slack. Dari jumlah itu, terdapat 200 ancaman terdeteksi. Ancaman paling umum, yaitu dua jenis adware yaitu DealPly dan DownloadSponsor.
Salah satu contoh hubungan popularitas dan ancaman siber, menurut Kamluk, yaitu Windows. Sistem operasi milik Microsoft ini menjadi target serangan dunia maya selama bertahun-tahun karena penggunaan Windows yang sangat masif, terutama untuk komputer atau laptop.
Melihat situasi saat ini, Kamluk pun memosisikan Zoom layaknya Windows. “Zoom akan menjadi target penjahat paling sentris (pusat perhatian, red)," jelas dia.
Ia memiliki keyakinan bahwa saat ini penjahat siber mencoba mencari celah keamanan pada aplikasi Zoom. Tak hanya pada platform, penjahat siber pun, menurut dia, bisa pula mengeksploitasi para pengguna Zoom.
Kamluk mengatakan, jika aplikasi Zoom dipakai oleh lingkup pemerintahan, ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi peretas yang didukung oleh negara (APT). Ia mencontohkan, pemerintah Inggris yang menggunakan Zoom dalam rapat kabinet.
"Jika pemerintah menggunakan itu, maka Zoom adalah target yang sangat menggoda untuk APT. Penyerang APT lebih tertarik pada intelijen, seperti mencari informasi pemerintah," jelas Kamluk.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar para pengguna bijak dalam menggunakan Zoom. "Ketika Anda membawa informasi yang sangat sensitif, Anda seharusnya tidak menggunakan layanan cloud non-private. Itu sebenarnya tergantung dan kembali kepada Anda informasi seperti apa yang ingin disampaikan," tutur dia.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: