
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Sebuah laporan dari Ponemon Institute, lembaga riset keamanan siber dan privasi, menyebutkan, hanya 24 persen organisasi yang fokus pada pencegahan serangan siber.
Riset berjudul “The Economic Value of Prevention in the Cybersecurity Lifecycle” itu disponsori oleh Deep Instinct, perusahaan keamanan siber asal New York, AS. Survei tersebut meminta tanggapan terhadap sekitar 600 praktisi keamanan TI dan divisi TI perusahaan.
Meski hanya 24 persen fokus pada pencegahan, sekitar 70 persen responden meyakini bahwa pencegahan serangan siber akan efektif memperkuat praktik keamanan.
Namun, sekitar 80 persen juga menyatakan, pencegahan ialah hal paling sulit untuk dilakukan di lingkaran cybsersecurity.
Sebagian besar dari responden menyebutkan, perusahaan memprioritaskan deteksi serangan siber dan metode pencegahan.
Setidaknya hal ini terlihat dari alokasi anggaran organisasi. Sekitar 79 persen anggaran keamanan dialokasikan untuk kegiatan deteksi, penahanan, pemulihan, dan remediasi.
Sumber: securityboulevard.com
“Studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan lebih efektif dalam menahan serangan siber setelah mereka menjadi korban,” kata Dr Larry Ponemon, Pendiri Ponemon Institute.
“Sekaligus menjelaskan mengapa anggaran cybersecurity berfokus untuk menahan serangan daripada mencegahnya ... meskipun ada investasi dalam solusi cybersecurity,” ia menambahkan.
Ia menyadari bahwa pencegahan serangan dunia maya dianggap terlalu sulit. Tapi, karena perusahaan terus menderita kerugian pendapatan karena pelanggaran dunia maya, “Kami berharap anggaran mulai dialokasikan pada peningkatan sumber daya untuk solusi pencegahan,” tutur dia seperti dikutip dari Infosecurity Magazine, yang diakses Senin (13 April 2020).
Di sisi lain, sekitar 67 persen responden percaya bahwa otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi canggih lain dapat membantu mencegah serangan dunia maya.
“Ini masuk akal dalam banyak hal komputer mampu memindai dan menganalisis log dan catatan lebih cepat daripada yang bisa dilakukan manusia mana pun,” tulis survei tersebut.
“Apalagi manusia lebih cenderung membuat kesalahan daripada mesin dan mungkin lupa melakukan tugas-tugas penting.”[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: