
El Rumi (7), siswa Sekolah Alam Ciomas Bogor, mengikuti proses belajar daring menggunakan aplikasi Zoom dengan gurunya, Senin (6 April 2020) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.| Foto: Cyberthreat.id/Andi Nugroho
El Rumi (7), siswa Sekolah Alam Ciomas Bogor, mengikuti proses belajar daring menggunakan aplikasi Zoom dengan gurunya, Senin (6 April 2020) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.| Foto: Cyberthreat.id/Andi Nugroho
Jakarta, Cyberthreat.id – Pembelajaran daring (online) yang dijalankan selama pandemi virus corona (Covid-19) perlu dukungan jaringan internet yang stabil.
Hal itu disampaikan anggota Komisi X DPR RI, Dr Muhammad Kadafi, dalam pernyataan pers di Jakarta, Rabu (8 April 2020). Menurut dia, sejumlah sekolah yang dipantaunya di daerah mengalami kendala, terutama jaringan internet.
Ia menyadari bahwa pembelajaran daring di sekolah-sekolah saat ini bersifat darurat karena wabah Covid-19. Namun, ia berharap ada dukungan berbagai sektor untuk mencari solusi terhadap kondisi belajar anak-anak sekolah selama wabah ini.
“Saya sangat mengapresiasi guru dan murid yang kreatif dalam masa-masa pandemi Covid-19 ini,” kata Kadafi.
Meski jaringan internet di perkotaan cukup lancar, Kadafi mengatakan, hal itu tak membuat proses belajar daring sepenuhnya nyaman. “Di dunia maya ada pula hacker yang mengintai merusak proses penggunaan aplikasi belajar mengajar. Jadi, seperti saya katakan bahwa kerja sama adalah yang paling penting,” kata dia.
Anggota Komisi X DPR RI Dr Muhammad Kadafi. | Foto: Arsip pribadi
Dalam rapat daring bersama dengan Komisi X DPR, Kepala SMK Madani, Brebes, Jawa Tengah, Mujahidin, mengatakan, jaringan internet menjadi masalah utama pembelajaran daring.
“Terbatasnya kouta internet terkadang memberatkan orangtua. Begitu juga dengan alat komunikasi yang tak mendukung,” kata Mujahidin.
Lain lagi persoalan di Tegal, Jawa Tengah. Komite Sekolah SMP Ihsaniyah Tegal, Rofiudin, menuturkan, kendala lain selain internet, adalah tidak semua guru menguasai teknologi informasi dan tidak semua siswa memiliki perangkat seluler. “Para orangtua yang tidak melek teknologi juga stres dengan pendidikan online,” kata Rofiudin.
Masalah lain juga dikemukakan Kepala Sekolah SMA N 1 Slawi, Jawa Tengah, Mimik Supriyatin, mengatakan di antara para guru juga ada yang kurang mampu mengelola waktu karena secara fisik dan mental memang belum siap.
“Selain itu, guru dan siswa yang belajar di rumah juga terlibat dengan kegiatan lain di rumahnya, misal, membersihkan rumah, mengurus keluarga seperti memasak dan lainnya,” kata Mimik.[]
Share: