
NSO Group | Foto: Ynetnews.com/Orel Cohen
NSO Group | Foto: Ynetnews.com/Orel Cohen
Cyberthreat.id – NSO Group akan memasarkan perangkat lunak (software) berbasis data ponsel yang bisa dipakai untuk memantau dan memprediksi penyebaran virus corona.
Perusahaan keamanan siber asal Israel itu, kepada BBC, Kamis (2 April 2020), mengatakan, telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah di sejumlah negara terkait penggunaan alat tersebut. Perusahaan mengklaim juga telah menguji alat tersebut.
Kabar terbaru tersebut bisa menjadi “buruk”. Anda masih ingat dengan NSO Group? Jika Anda lupa, kami segarkan kembali ingatan tentang perusahaan kontroversial ini.
NSO adalah perusahaan perangkat lunak dengan produk terkenalnya bernama “Pegasus”, sebuah spyware atau perangkat lunak mata-mata yang dijual ke sejumlah pemerintaha di beberapa negara. Perusahaan mengklaim alatnya tersebut hanya untuk mencegah dan melawan teroris.
Aplikasi obrolan instan, WhatsApp, menjadi salah satu korban Pegasus pertengahan tahun lalu. Akhirnya, pada November 2019, WhatsApp menggugat NSO yang dianggap telah membantu mata-mata pemerintah meretas ponsel sekitar 1.400 pengguna di empat benua. Sasaran peretasan, yaitu diplomat, aktivis politik, jurnalis, dan pengacara.
Berita Terkait:
Raksasa perangkat lunak milik Facebook itu juga menuding peretasan itu diperkirakan terjadi antara 29 April hingga 10 Mei 2019. Kecaman keras terhadap NSO juga datang dari Amnesty International Israel yang menuntut Kementerian Pertahanan Israel untuk mencabut izin ekspor perusahaan.
NSO membantah tuduhan itu dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya “tidak bisa mengungkapkan siapa yang menggunakan teknologinya secara spesifik”.
"Ada banyak mitos negatif tentang kami. Kami tidak mengoperasikan teknologi, kami bukan perusahaan mata-mata, kami tidak menjual kepada siapa pun dan kami tidak membocorkan informasi pelanggan," kata Dolev baru-baru ini di konferensi “Mind the Tech” di Tel Aviv,seperti diberitakan ThreatPost, Rabu (27 November 2019).
Berita Terkait:
Pelacak Covid-19
Menyangkut perangkat barunya, juru bicara NSO mengatakan, produk pelacak Covid-19 tersebut “untuk lebih memahami bagaimana penyebaran virus corona”.
“Perangkat lunak ini bisa menyelesaikan pandemi global,” klaim jubir tersebut.
Selain itu, “Alat ini juga membantu pemerintah untuk memahami situasi yang mereka hadapi dan membuat keputusan berdasarkan informasi. Alat ini benar-benar perangkat lunak yang sungguh kuat,” jubir menambahkan.
NSO mengatakan, karyawannya tidak akan memiliki akses ke data apa pun dari pengumpulan data melalui perangkat tersebut. Akan tetapi, perangkat lunaknya akan berfungsi dengan baik jika pemerintah meminta operator ponsel lokal membantu dengan memberikan catatan setiap pelanggan.
Setiap orang yang terinfeksi Covid-19, kemudian dapat dilacak dengan siapa saja mereka bertemu dan tempat-tempat mana yang sebelumnya dikunjungi. Perangkat lunak selanjutnya akan membuat peta persebaran.
Dalam demonstrasi via konferensi video dengan BBC, NSO menjelaskan cara kerja perangkatnya. Mereka menunjukkan peta panas (heat map) Israel yang menunjukkan titik-titik wilayah yang terdapat kasus Covid-19.
NSO mengatakan, titik-titik itu dipetakan melalui data ponsel pengguna dan diwakili oleh nomor identitas anonim. Di peta juga menyajikan rincian dari ponsel lain yang ditemui pasien, waktu, dan lokasi yang relevan.
Peneliti NSO mengatakan, dengan sistem seperti itu, pemerintah dapat menggunakan untuk:
Berita Terkait:
Persyaratan
NSO mengatakan sejumlah pemerintah di sejumlah negara sedang menguji coba sistem ini, tetapi perusahan tak mau membeberkan identitas mereka. Perusahaan juga tak menjawab ketika ditanya apakah ada di antara mereka yang mulai menggunakannya di lapangan.
Jubir NSO juga menambahkan, perusahaan telah membuat persyaratan bahwa otoritas berwenang yang menggunakan perangkat tersebut harus tunduk pada undang-undang privasi Eropa (GDPR) atau aturan perlindungan privasi data di negara masing-masing.
Pendekatan perangkat lunak NSO—berbasis jaringan seluler untuk mendapatkan data pelanggan—berbeda dengan aplikasi yang sejauh ini diterapkan di Korea Selatan, Singapura, bahkan di Indonesia. Aplikasi yang diterapkan di sejumlah negara Asia juga Inggris dan sebagian Eropa lebih mengandalkan Bluetooth. Aplikasi menggunakan koneksi Bluetooth pada ponsel untuk memperingatkan pengguna jika mereka telah berada di dekat dengan seseorang yang terinfeksi virus.
Sementara itu, John Scott Railton, peneliti lembag riset keamanan siber Citizen Lab yang berbasis di Toronto, mengatakan, sebuah tindakan bodoh jika pemerintah menggunakan sistem itu. Menurut dia, sesuatu yang aneh ketika perusahaan mengklaim dapat mengatasi pandemi Covid-19, tapi menolak untuk mengatakan siapa kliennya.
Citizen Lab sebelumnya juga menyelidiki spyware “Pegasus” dan menemukan bukti, bahwa alat itu dipasang secara diam-diam di telepon para jurnalis dan aktivis dari Meksiko hingga Timur Tengah.[]
Share: