IND | ENG
Google: Aktivitas Publik di Indonesia Anjlok Drastis

Ilustrasi | Foto: Unsplash/Modifikasi Cyberthreat.id/Andi Nugroho

EFEK PANDEMI COVID-19
Google: Aktivitas Publik di Indonesia Anjlok Drastis
Andi Nugroho Diposting : Sabtu, 04 April 2020 - 12:56 WIB

Cyberthreat.id – Google menerbitkan data analisis terkait dengan efek pandemi Covid-19 di 131 negara, Jumat (3 April 2020). Data ini menyoroti kondisi aktivitas ruang-ruang publik di suatu negara selama pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) diterapkan guna memperlambat laju penularan virus.

Laporan awal bertajuk “Covid-19 Community Mobilty Reports” itu, menurut Google, dihasilkan dari analisis pemanfaatan aplikasi Google Maps yang terdapat di ponsel pintar pengguna.

“Kami menggunakan agregat data anonim yang menunjukkan bagaimana kondisi tempat-tempat tertentu, serta membantu mengidentifikasi kapan bisnis lokal cenderung ramai [pengunjung],” tulis Wakil Presiden Senior untuk Google Geo, Jen Fitzpatrick dan Chief Health Officer Google Health Dr. Karen DeSalvo dalam blog Google, Jumat.

Menurut Google, data-data tersebut bisa membantu pemerintah setempat untuk membuat kebijakan penting dalam memerangi wabah Covid-19. Google juga menjamin bahwa selama proses pengumpulan data tetap mematuhi protokol dan kebijakan privasi ketat.

Data yang dikumpulkan memetakan tren pergerakan dari waktu ke waktu berdasarkan geografi beberapa pekan terakhir dan informasi terbaru mewakili 48-72 jam terakhir, tulis Google. Tempat-tempat yang disoroti, antara lain toko ritel dan tempat rekreasi/wisata, toko bahan makanan (groseri) dan apotek, taman, stasiun/transportasi, kantor, dan perumahan.

“Meskipun kami menampilkan peningkatan atau penurunan poin persentase dalam kunjungan, kami tidak membagikan jumlah kunjungan absolut,” tulis Google.

“Untuk melindungi privasi orang, tidak ada informasi yang dapat diidentifikasi secara pribadi, seperti lokasi, kontak, atau pergerakan individu, yang tersedia di titik mana pun,” Google menambahkan.

Google mengharapkan, laporannya bisa membantu pemerintah dalam memahami mobilitas penduduk sehingga dapat membuat rekomendasi jam kerja atau untuk layanan pengiriman (delivery service).

“Kunjungan terus-menerus ke pusat-pusat transportasi mungkin mengindikasikan kebutuhan untuk menambah bus atau kereta tambahan untuk memungkinkan orang-orang yang membutuhkan ruang perjalanan untuk menyebar untuk jarak sosial,” tutur Google.

Indonesia

Dari 131 negara yang dianalisis, salah satunya adalah Indonesia. Dalam analisisnya, Google melihat tren mobilitas orang Indonesia (PDF) ke tempat rekreasi dan toko ritel turun drastis hampir 50 persen (tepatnya 47 persen, seperti gambar di bawah ini).

Penurunan paling tajam terjadi pada aktivitas kunjungan ke taman (52 persen) dan penggunaan transportasi umum (54 persen). Seperti diketahui, sejak 15 Maret, pemerintah Indonesia menganjurkan lebih banyak bekerja dari rumah dan pembatasan sosial. Efek bekerja dari rumah membuat grafik tren mobilitas di perumahan mengalami kenaikan, tapi hanya 15 persen. Sementara, di area kantor/tempat kerja hanya turun 15 persen (faktnya, dari pengamatan Cyberthreat.id, sejumlah kantor pemerintahan/perusahaan di Indonesia masih ada yang meminta karyawan-karyawannya untuk masuk kerja sesuai aturan masing-masing).




Google membuat penafian (disclaimer) bahwa laporan di atas tidak bisa digunakan untuk tujuan diganostik (model prediksi untuk probabilitas suatu kondisi), prognostik (model prediksi akan terjadinya suatu kondisi), atau perawatan medis.

“[Laporan] ini juga tidak dimaksudkan untuk panduan rencana perjalana pribadi. Akurasi lokasi dan tempat yang dikategorikan bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lain. Jadi, kami tidak merekomendasikan menggunakan data ini untuk membandingkan antarnegara atau antar wilayah dengan karakteristik berbeda (misal pedesaan versus perkotaan),” tulis Google.

Dalam grafik di atas, Google membuat garis dasar (baseline) sebagai patokan kunjungan. Perubahan ini dihitung menggunakan jenis data agregat dan anonim yang sama dan digunakan untuk menampilkan waktu populer untuk tempat di Google Maps.

Garis dasar adalah nilai median untuk hari yang mewakili dalam sepekan selama periode lima pekan (3 Januari-6 Februari 2020). “Data yang termasuk dalam perhitungan tergantung pada pengaturan pengguna, konektivitas, dan apakah memenuhi ambang privasi kami,” kata Google.

Jika ambang batas privasi tidak terpenuhi (ketika suatu tempat tidak cukup sibuk untuk memastikan anonimitas), Google tidak akan menunjukkan perubahan untuk hari itu.

“Kami menghitung ini berdasarkan data dari pengguna yang telah memilih untuk masuk ke Riwayat Lokasi (Location History) untuk Akun Google mereka, sehingga data tersebut mewakili sampel pengguna kami,” kata Google.[]

#covid-19   #socialdistancing   #workfromhome   #wfh   #pembatasansosial   #googlemaps   #viruscorona   #karantinawilayah   #lockdown   #google

Share:




BACA JUGA
Google Mulai Blokir Sideloading Aplikasi Android yang Berpotensi Berbahaya di Singapura
Google Penuhi Gugatan Privasi Rp77,6 Triliun Atas Pelacakan Pengguna dalam Icognito Mode
Malware Menggunakan Eksploitasi MultiLogin Google untuk Pertahankan Akses Meski Kata Sandi Direset
Google Cloud Mengatasi Kelemahan Eskalasi Hak Istimewa yang Berdampak pada Layanan Kubernetes
Penting: Kerentanan Zero-Day Chrome Terbaru yang Dieksploitasi di Alam Liar – Upadate-ASAP