IND | ENG
Aplikasi PeduliLindungi Beri Alarm Saat User Masuk Red Zone

Ilustrasi

Aplikasi PeduliLindungi Beri Alarm Saat User Masuk Red Zone
Arif Rahman Diposting : Kamis, 02 April 2020 - 15:25 WIB

Cyberthreat.id - Pakar IT dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai aplikasi PeduliLindungi masih dalam tahap early access sehingga membutuhkan waktu untuk disempurnakan agar efektif dan efisien saat digunakan. Sesuai penjelasan Kementerian Kominfo pada 27 Maret 2020 yang mengatakan aplikasi "PeduliLindungi masih dalam tahap dalam uji coba dan stressing test" serta akan mendapat restu Presiden Jokowi dalam penggunaannya.

"Versinya masih early access. Mungkin mirip-mirip dengan Beta version," kata Alfons kepada Cyberthreat.id, Kamis (2 April 2020).

Alfons yang baru saja meng-install aplikasi PeduliLindungi berharap ditambahkan fitur-fitur lain yang sangat membantu sehingga manfaat Pedulilindungi bisa lebih maksimal guna melawan dan membendung penyebaran Covid-19. 

Dalam pemberitahuan terbaru Kominfo terkait PeduliLindungi, aplikasi itu disebutkan bakal memberi alarm kepada ponsel pengguna yang berada atau masuk ke wilayah Red Zone.

Red Zone berarti ketika seseorang/pengguna memasuki wilayah yang terindikasi di dalamnya terdapat PDP, ODP, dan positif Covid-19, maka secara otomatis ponsel akan berbunyi sehingga pengguna diminta berhati-hati dan segera melakukan jaga jarak atau physical distancing. History pengguna juga akan terekam di dalam aplikasi tersebut.

"Kalau dibuatkan tampilan peta seperti Zenly mungkin akan lebih 'nendang' untuk user yah," ujar Alfons.

Zenly adalah semacam aplikasi yang menampilkan peta dengan posisi real-time pengguna. Aplikasi ini secara otomatis sudah terintegrasi dengan platform lain yang juga memiliki banyak pengguna seperti WhatsApp. Dalam versi early access ini, Alfons belum melihat adanya uji coba untuk alarm tersebut.

"Dan ada tombol tesnya. Misalnya kalau ada alarm bunyinya seperti apa."

Insentif Paket Internet

Alfons kembali mengingatkan Kominfo terkait masalah lain yang akan dihadapi yakni berapa banyak PDP atau PDP yang bakal meng-install aplikasi tersebut. Pasalnya, aplikasi akan berjalan efektif sesuai banyaknya PDP, ODP, sehingga orang-orang bisa terdeteksi secara anonim. Apalagi sifat aplikasi ini sukarela dan tidak ada pemaksaan kepada warga negara.

"Makanya perlu dicari trik agar justru ODP dan PDP mau install PeduliLindungi sehingga ada manfaatnya dan masyarakat jadi berbondong-bondong install. Yang ada justru PDP dan ODP menghindari install karena takut di deteksi atau di-bully," kata Alfons.

Salah satu trik yang dirasa efektif merangsang pengguna aplikasi adalah memberikan insentif atau semacam value added bagi pengguna. Misalnya dengan memberikan paket internet gratis atau trik lain di tengah maraknya fenomena bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah.

"Misalnya (pengguna) dikasih value added kalau instal ini dapat 1 GB bandwidth gratis atau berbagai insentif lainnya yang menggoda," ujarnya.

Cyberthreat.id mencoba menghubungi Plt Kepala Humas Kominfo Ferdinandus Setu untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut namun hingga berita ini diturunkan belum mendapatkan tanggapan. 

#PeduliLindungi   #Kominfo   #Corona   #vaksincom   #Alfonstanujaya   #aplikasi   #sistemelektronik   #perlindungankonsumen

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Menkominfo Tantang Media Adopsi Perkembangan Teknologi
INA Digital Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Publik dalam Satu Aplikasi