
Ilustrasi : Faisal Hafis/Cyberthreat.id
Ilustrasi : Faisal Hafis/Cyberthreat.id
Cyberthreat.id - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai pandemi CoronaVirus (Covid-19) sebagai momentum untuk menaikkan pangsa pasar transaksi digital di Indonesia.
Menurut dia, tren digitalisasi tidak dapat dihindari selama merebaknya pandemi Covid-19 yang menghendaki hubungan antar manusia terpisah secara jarak, tetapi secara sosial bisa tetap terhubung tanpa batas ruang waktu lewat koneksi internet dan sistem elektronik. Misalnya anjuran pemerintah melalui work from home atau physical distancing.
"Bank Indonesia telah mendorong pemakaian transaksi digital sebagai langkah menghindari penularan Covid-19 melalui uang kertas. Ini momentum untuk menaikan pangsa transaksi digital," kata Bhima kepada Cyberthreat.id, Jumat (27 Maret 2020).
Digitalisasi juga semakin masif secara sosial kala pesan persuasif viral di platform media sosial. Bhima mencontohkan gerakan solidaritas memakai aplikasi pesan makanan, aplikasi e-commerce, guna membantu para driver online atau pedagang UMKM yang berjualan lewat platform e-commerce.
Langkah sosialisasi tersebut, kata Bhima, bisa dilihat sebagai jalan menuju proses digitalisasi yang lebih masif dan advanced. Termasuk pemakaian transaksi elektronik menggunakan e-wallet atau dompet digital. Pemerintah sendiri juga memiliki Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT)
"Ada ketakutan yang berlebihan mungkin karena beredarnya hoax bahwa Corona bisa ditularkan lewat barang (atau uang). Padahal faktanya keliru," ujarnya.
Data Berbicara
Data Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan transaksi penjualan 4 marketplace raksasa sepanjang Januari-Februari dalam tiga tahun terakhir (2018, 2019, 2020) memang menurun. Akan tetapi, nilai penjualan barang justru nominalnya terus meningkat.
Sebagai contoh, tahun 2018 nilai penjualan barang di 4 marketplace raksasa di Tanah Air selama Januari-Februari mencapai Rp 5,52 triliun dan Rp 5,44 triliun. Pertumbuhannya meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 126,7 persen dan 134,4 persen.
Tahun berikutnya nilai penjualan 4 marketplace raksasa kembali meningkat di angka Rp 12,11 triliun dan Rp 12,56 triliun sepanjang Januari-Februari 2019. Akan tetapi, angka pertumbuhan menurun di angka 119,5 persen dan 130,9 persen.
Tahun 2020, nilai penjualan 4 marketplace raksasa kembali meningkat di angka Rp 19,14 triliun dan Rp 19,32 triliun periode Januari-Februari. Angka pertumbuhan juga kembali menurun di angka 58,0 persen dan 53,9 persen.
"Bisnis online (berikut transaksi elektronik) mulai menjadi prioritas konsumen," kata Bhima.
Data BI juga menghitung nilai penjualan dan pertumbuhan secara lebih luas yakni menggunakan 14 marketplace yang beroperasi di Tanah Air.
Tahun 2018, nilai penjualan barang 14 marketplace di Indonesia selama Januari-Februari mencapai Rp 8,72 triliun dan Rp 8,76 triliun. Pertumbuhannya meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 65,9 persen dan 66,9 persen.
Tahun 2019, nilai penjualan 14 marketplace kembali meningkat di angka Rp 15,14 triliun dan Rp 15,29 triliun sepanjang Januari-Februari 2019. Angka pertumbuhan turut meningkat di angka 73,5 persen dan 82,8 persen.
Tahun 2020, nilai penjualan 14 marketplace di Indonesia kembali meningkat di angka Rp 23,27 triliun dan Rp 23,20 triliun periode Januari-Februari. Hanya saja, angka pertumbuhan menurun di angka 53,7 persen dan 52,4 persen.
"Orang-orang tidak ke pusat perbelanjaan, tetapi belanja online."
Share: