IND | ENG
Cegah Covid-19, Bank Sentral India Sarankan Digital Payment

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cegah Covid-19, Bank Sentral India Sarankan Digital Payment
Andi Nugroho Diposting : Selasa, 17 Maret 2020 - 17:15 WIB

Cyberthreat.id – Bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI) meminta kepada publik untuk menggunakan fasilitas perbankan digital untuk mencegah persebaran wabah penyakit corona (Covid-19).

“Dalam konteks Covid-19, RBI dan pemerintah bersama-sama memberikan penekanan untuk mendorong pembayaran digital,” kata Gubernur RBI Shaktikanta Das pada Senin (16 Maret 2020) seperti dikutip dari The Economic Times, Senin.

Das mengatakan telah mengambil sejumlah langkah untuk membangun sistem pembayaran ritel yang aman, stabil, dan terjangkau, seperti Transfer Data Elektronik Nasional (NEFT) dan Layanan Pembayaran Segera (IMPS).

“Publik dapat menggunkan opsi pembayaran digital nontunai, seperti NEFT, IMPS, UPI, dan Bharat Bill Payment System (BBPS) ntuk memfasilitasi transfer dana, pembelian barang/jasa, pembayaran tagihan, dan lain-lainl,” kata Das.

“Dan, menghindari menggunakan uang tunai yang mungkin mengharuskan pergi ke tempat-tempat ramai untuk mengirim uang atau membayar tagihan,” ia menambahkan.

Sekadar diketahui, NEFT adalah saluran pembayaran interoperable yang dikendalikan bank sentral yang digunakan untuk transfer dana oleh pelanggan antara berbagai akun. NEFT memfasilitasi transfer dana dari satu rekening bank ke rekening bank lain. Seseorang dapat mengakses layanan ini baik dengan menggunakan internet banking atau dengan mengunjungi cabang bank.

BBPS mencakup pembayaran tagiah, seperti biaya sekolah, presmi asuransi, dan pajak. Ini merupakan sistem pembayaran tagihan terintegrasi yang menawarkan layanan pembayaran tagihan interoperable kepada pelanggan online serta melalui jaringan agen di lapangan.

Sementara, Unified Payment Interface (UPI) adalah sistem pembayaran langsung waktu nyata yang membantu dalam mentransfer dana secara instan antara dua rekening bank melalui platform seluler. Ini juga memungkinkan beberapa rekening bank masuk ke satu aplikasi seluler.

Usaha ritel batasi tunai

Perusahaan ritel internasional seperti H&M dan Harris Farm mulai membatasi pembayaran tunai dalam transaksi pembelian guna mencegah persebaran wabah Covid-19 makin meluas.

H&M—perusahaan ritel pakaian asal Swedia—mengatakan telah membatasi pembayaran tunai sebagai tindakan pencegahan, tulis Retailgazette, Selasa (17 Maret 2020).

Perusahaan pun memasang pengumuman di luar toko untuk memastikan pelanggan mendapatkan informasi tentang kebijakan nontunai tersebut.

Mereka juga mengirimkan selebaran email ke pelanggan pada Sabtu lalu yang berisi tentang pemberitahuan keselamatan dan kesejahteraan tim dan pelanggan.

H&M menutup sementara semua toko di Italia, negara paling terkenda dampak terburuk setelah China. Toko-toko mereka juga tutup sementara di akhir pekan di Polandia, Spanyol, Republik Ceko, Bulgaria, Belgia, Prancis, dan sebagain Yunani.

Namun, perdagangan daring (online) masih akan berjalan seperti biasa.

Sementara itu, Harris Farm—groseri atau toko penjual bahan makanan Australia--juga melakukan hal serupa. Mereka telah berhenti menerima uang tunai di kasir.

Co-CEO Harris Farm, Tristan Harris, mengatakan, keputusan tersebut untuk melindungi staf tokonya. “Keputusan untuk menyetop uang tunai ialah salah satu dari serangkaian keputusan operasional dan akan terus dilakukan hingga situasi ini terus berkembang,” ujar Harris kepada 9News.com.au.

Harris mengklaim stok pasokan bahan makanan cukup untuk beberapa waktu yang dibutuhkan warga yang bekerja di rumah. “Kami belum melihat risiko yang tak terkendali terhadap sistem pasokan makanan di Australia. Sebagian besar dari apa yang kami jual, ditanam dan diproduksi di Australia,” kata dia.

Benarkah uang kertas menularkan virus?

Sejauh ini belum ada pemberitahuan resmi, termasuk dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa uang tunai bisa menjadi vektor penularan virus corona. Namun, psikologis publik yang menganggap bahwa uang tunai yang tidak bersih bisa menjadi penularan virus tersebut menyebabkan orang-orang berasumsi untuk beralih ke pembayaran digital atau nontunai.

Menurut CNBC, memang bank-bank di China, tempat wabah penyakit ini dimulai, diperintahkan untuk menyemprot disinfektan pada uang tunai sebelum mengeluarkannya ke publik. Langkah itu sebagai upaya memperlambat penyebaran virus.

Sementara, WHO menyatakan hingga kini belum memperingatkan publik tidak menggunakan uang tunai. "WHO tidak mengatakan uang kertas akan mentransmisikan Covid-19, kami juga tidak pernah mengeluarkan peringatan atau pernyataan tentang ini. Kami merekomendasikan orang mencuci tangan secara teratur,” kata seorang juru bicara WHO dalam email.[]

#covid-19   #coronavirus   #viruscorona   #corona   #banksentralindia   #digitalpayment   #pembayaranonline   #onlinepayment

Share:




BACA JUGA
Pemerintah Percepat Layanan 'Digital Payment' Lewat Portal Nasional
Peretas China Mencuri Rp 312 M Dari Dana Bantuan Covid-19 Milik Amerika Serikat
AstraZeneca Lalai Unggah Kredensial Server Data Pasien ke GitHub Selama Setahun
WhatsApp Permudah Pembayaran Bisnis di Platform, Segera Hadir di Indonesia
Kemenkes Rilis Fitur Sijejak, Pelacakan Informasi Terpapar Covid-19 di PeduliLindungi