
Project Debater, robot AI yang telah ditanam sistem Watson buatan IBM, ketika melawan Harish Natarajan, tahun lalu. | Foto: CNET/Stephen Shankland
Project Debater, robot AI yang telah ditanam sistem Watson buatan IBM, ketika melawan Harish Natarajan, tahun lalu. | Foto: CNET/Stephen Shankland
Cyberthreat.id – International Business Machines Corporation atau lebih dikenal dengan IBM, akhirnya memasarkan teknologi baru yang membantu komputer bisa memahami komunikasi manusia.
Perusahaan teknologi AS itu mengatakan, telah menambahkan alat baru pada sistem kecerdasan buatan (AI)-nya, Watson, sehingga diyakini bisa semakin memahami bahasa manusia.
Teknologi “pengolah bahasa alami” itu dikembangkan oleh IBM Research AI awalnya untuk “Project Debater”, robot AI pertama yang dipakai dalam ajang debat manusia kelas dunia pada 11 Februari 2019 di San Fransisco, AS.
Meski akhirnya kalah debat dengan lawannya, Harish Natarajan, untuk bisa bertahan dalam debat, Project Debater perlu memiliki kemampuan untuk mendengarkan lawan, memahami argumen, dan merumuskan respons dengan cepat. “Semua itu didesain tanpa akses internet,” tulis CNN Business, Rabu (11 Maret 2020).
“Itu artinya komputer harus dapat mengidentifikasi dan memahami bahasa sehari-hari dan idiom, serta dialek tertentu atau istilah khusus industri.”
Tambahan alat "pengolah bahasa alami" pada Watson tersebut bisa menarik minat perusahaan-perusahaan untuk memakainya. Perusahaan-perusahaan bisa lebih efisien dan efektif menyisir dokumen dan melakukan penelitian, laporan dari lapangan dan meningkatkan layanan pelanggan.
Berikut video debat Project Debater dengan Haris Natarajan.
Terlebih, survei IBM pada Januari lalu terhadap 4.500 responden di pejabat divisi TI perusahaan, menyebutkan, 45 persen perusahaan dengan lebih dari 1.000 karyawan telah mengadopsi AI. Selain itu, salah satu alasan peningkatan besar penggunaan sistem AI ialah kemampuan sistem untuk melakukan "analisis sentimen"; untuk melihat apa yang dikatakan atau ditulis seseorang dan memahami apa yang sebenarnya mereka coba komunikasikan dan apa konteksnya.
Watson AI itu diyakini mampu memahami tema sentral atau poin-poin penting dalam dokumen dan mengklasifikasikannya ke dalam kategori yang lebih spesifik. Juga, dapat menghasilkan ringkasan pendek dari sejumlah besar data. Alat ini juga dapat mengetahui kapan dua dokumen pada dasarnya membuat titik yang sama dengan kata-kata yang berbeda.
"Jika Watson telah memproses sejuta dokumen, kemungkinan dia dapat mengidentifikasi: apa informasi yang paling relevan untuk masalah yang sedang dipecahkan?" kata Rob Thomas, General Manager IBM Data dan AI.
Menurut Thomas, Watson bisa berguna, misalnya, ketika perusahaan menerima permintaan pelanggan dan perlu mengarahkannya ke tempat yang berbeda, sehingga pelanggan dapat ditangani dengan benar.
Di lembaga hukum, kata dia, Watson bisa berguna untuk memilah-milah dokumen dan memudahkan menemukan dokumen kasus hukum yang sedang dicari.
Hanya, salah satu kekhawatiran utama dari AI ialah, dalam beberapa kasus, sistem itu menunjukkan hasil bias.
Menanggapi hal itu, Thomas menekankan IBM memiliki alat yang disebut Watson OpenScale yang, di antara kemampuannya, dapat melakukan deteksi bias dan mitigasi alat AI yang dipakai perusahaan.
Thomas juga mejelaskan, bahwa sistem AI memang dapat mengubah cara orang bekerja, tapi tidak mungkin meniadakan peran pekerja manusia. Sebaliknya, alat-alat itu bisa membuat orang lebih efektif dalam menyelesaikan pekerjaan.
"Mungkin, masalah yang dihadapi terlalu sulit bagi AI untuk diselesaikan, tetapi jika Anda memasangkan teknologi ini dengan (pekerja manusia), kemampuan dan kecepatan mereka untuk menemukan solusinya naik dengan cepat," kata Thomas.[]
Share: