Cyberthreat.id - Akibat mewabahnya virus Corona (Covid-19) secara global, permintaan untuk bekerja remote atau bekerja dari rumah meningkat. Banyak perusahaan merespon Covid-19 dengan meminta karyawan/staf untuk bekerja dari jarak jauh demi mengurangi risiko tertular penyakit.

Keputusan bekerja remote sudah dilakukan oleh startup maupun perusahaan teknologi. Meski demikian, perusahaan yang telah mengambil keputusan tersebut perlu menindaklanjuti beberapa syarat dan kewajiban karena aturan bekerja jarak jauh tidak mudah.

Mark Mader dari Smartsheet mengatakan tantangan pekerjaan jarak jauh bukan hanya tentang lokasi fisik, tetapi juga tentang perlunya orang-orang merasa terhubung dan terkoneksi serta tetap mendapat informasi.

"Itu berarti membutuhkan banyak perkakas yang cerdas (smart) dan norma dan praktik di tempat kerja yang cerdas pula," kata Mader dilansir Tech Crunch, Sabtu (7 Maret 2020).

Zoom, perusahaan yang menyediakan layanan video conference, menyatakan permintaan layanan perusahaan meningkat setelah Covid-19 merebak dan menjadi wabah global. Walaupun banyak permintaan terhadap layanan gratis, tetapi meningkatnya permintaan bekerja remote menjadikan perusahaan termotivasi.

CEO Zoom Eric Yuan mengatakan banyak perusahaan mulai memahami perlunya tools seperti Zoom. Ia berharap, di masa depan akan lebih banyak perusahaan/organisasi yang memerlukan layanan Zoom. 

CFO Zoom, Kelly Steckelberg mengatakan permintaan layanan gratis yang terus meningkat bakal membuat perusahaan mencari cara untuk mengajak pengguna melakukan konversi ke layanan berbayar.

"Kami akan pelajari ini dalam tiga bulan ke depan," ujar Steckelberg.

TechCrunch terus mencari signifikansi antara pekerjaan remote dengan peningkatan penghasilan perusahaan teknologi. Dalam beberapa waktu ke depan TechCrunch akan mendatangi beberapa startup yang mendapatkan dampak positif dari banyaknya permintaan bekerja remote. Produk dari startup akan dipelajari terutama yang membantu pekerjaan jarak jauh.