IND | ENG
Empat Jenis Ransomware yang Paling Merugikan Menurut FBI

Ilustrasi

Empat Jenis Ransomware yang Paling Merugikan Menurut FBI
Arif Rahman Diposting : Kamis, 05 Maret 2020 - 20:01 WIB

Cyberthreat.id - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) menyebutkan empat jenis Ransomware yang paling merusak dan merugikan dalam beberapa tahun terakhir. Keempat Ransomware itu adalah Ryuk, Dharma, BitPaymer, dan SamSam yang telah mengantongi puluhan juta dolar bagi operator Ransomware tersebut.

Joel DeCapua, agen FBI yang berbicara di RSA Conference 2020 di San Francisco baru-baru ini mengungkapkan, operator Ransomware di AS telah menghasilkan lebih dari 144 juta USD (Rp 2 triliun) antara Januari 2013 hingga Juli 2019.

Dalam paparannya, DeCapua menyebut operator Ransomware Ryuk memimpin daftar yang paling banyak menghasilkan pendapatan sekitar 61 juta USD (Rp 867 miliar) yang dilakukan dalam rentang waktu Februari 2018 dan Oktober 2019.

Di peringkat kedua terdapat Dharma ransomware yang menghasilkan 24 juta USD (Rp 341 miliar) antara November 2016 hingga November 2019.

Di tempat ketiga ditempati oleh Ransomware BitPaymer yang menghasilkan sekitar 8 juta USD (Rp 113 miliar) yang beroperasi antara Oktober 2017 hingga September 2019.

Keempat ditempati Ransomware SamSam yang diduga menghasilkan 6,5 juta USD (Rp 92 miliar) yang fokus menyerang institusi kesehatan antara tahun 2016 dan 2018.

DeCapua lebih lanjut menambahkan sebanyak 64 juta USD (Rp 909 miliar) dari total tebusan yang dibayarkan ke penjahat cyber dilakukan melalui pertukaran mata uang virtual. Setelah itu baru dikonversi ke uang kartal maupun giral.

Meski demikian, Bitdefender mencatat masih terdapat sekitar 37 juta USD (Rp 526 miliar) uang digital yang masih belum diuangkan, tetapi berasal dari pembayaran uang tebusan Ransomware.

Ketika banyak tuntutan pembayaran Ransomware harus dipenuhi dalam bitcoin, operator Ransomware GandCrab malah menuntut pembayaran tebusan dalam Dash cryptocurrency. Melalui mata uang digital ini, operator GandCrab diklaim telah mengumpulkan lebih dari 2 juta USD (Rp 28 miliar) dari para korban.

Ada beberapa jenis ransomware lain yang meminta pembayaran tebusan menggunakan cryptocurrency yang berbeda.

"Jadi, sebenarnya inti dari pembayaran tebusan adalah keuntungan ransomware bisa dibilang jauh lebih tinggi," kata DeCapua.

#Ransomware   #Malware   #serangansiber   #FBI   #infrastrukturkritis   #cryptocurrency   #Ryuk   #Dharma   #BitPaymer   #SamSam   #grandcrab

Share:




BACA JUGA
Awas, Serangan Phishing Baru Kirimkan Keylogger yang Disamarkan sebagai Bank Payment Notice
Malware Manfaatkan Plugin WordPress Popup Builder untuk Menginfeksi 3.900+ Situs
CHAVECLOAK, Trojan Perbankan Terbaru
Phobos Ransomware Agresif Targetkan Infrastruktur Kritis AS
Paket PyPI Tidak Aktif Disusupi untuk Menyebarkan Malware Nova Sentinel