IND | ENG
Telkomsel Kolaborasi Microsoft, Apa Kabar Kedaulatan Data?

President Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee (ketiga dari kiri) bersama Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro saat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di Jakarta, Kamis (27 Februari 2020) | Foto: Dok. TelkomselĀ 

Telkomsel Kolaborasi Microsoft, Apa Kabar Kedaulatan Data?
Arif Rahman, Faisal Hafis Diposting : Selasa, 03 Maret 2020 - 22:00 WIB

Cyberthreat.id - Perusahaan telekomunikasi Indonesia, Telkomsel, mengumumkan kemitraan strategis dengan raksasa teknologi global Microsoft Corporation di Jakarta, Kamis (27 Februari 2020). Dalam siaran pers yang diterima Cyberthreat.id, kedua pihak menyatakan sepakat dengan kolaborasi yang diantaranya mencakup Cloud Edge, Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan hub data.

Jika digabungkan dengan jaringan Telkomsel sebagai penguasa market seluler terbesar di Indonesia, kolaborasi ini akan menghasilkan latensi yang lebih rendah antara perangkat dan cloud serta mendatangkan banyak solusi baru untuk masa depan konsumen dan bisnis.

Termasuk manfaat platform teknologi Microsoft untuk sektor industri energi dan manufaktur di Tanah Air. Microsoft juga akan memfasilitasi pemberdayaan teknis dan penjualan Telkomsel, menyiapkan program pengembangan, menyediakan sumber daya penjualan serta membantu meningkatkan penjualan.

"Kami berharap kolaborasi Telkomsel dan Microsoft akan meningkatkan daya saing dan kualitas hidup Indonesia, juga meningkatkan kinerja bisnis melalui penerapan teknologi digital yang terintegrasi," kata Dirut Telkomsel Setyanto Hantoro.

Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee, menyatakan kerja sama kedua pihak untuk memperluas hubungan bisnis dan mencapai tujuan bersama, terutama fokus Microsoft yang seiring fokus Telkomsel yakni transformasi digital.

"Kami berkolaborasi untuk membangun proyek percontohan di atas infrastruktur Private LTE Telkomsel dengan penerapan Azure Stack Edge untuk mendukung pelanggan di daerah terpencil yang membutuhkan konektivitas internet dan solusi AI," ujar Haris Izmee.

Kedaulatan Data

Pakar IT dan cyber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, melihat kerja sama Microsoft-Telkomsel harus bersifat mutualisme (saling menguntungkan) karena terjadi antara dua spesialis yang menguasai bidangnya masing-masing. Namun, ia ingin melihat kerja sama ini lebih kritis.

"Secara bisnis ini bagus karena keduanya fokus ke masing-masing kekuatannya, tapi kita perlu perhatikan isu sensitif yakni kedaulatan data," kata Alfons kepada Cyberthreat.id, Selasa (3 Maret 2020).

Telkomsel secara de facto merupakan penguasa market seluler terbesar di Indonesia dengan user mencapai 170 juta, sedangkan Microsoft salah satu pemain Cloud raksasa global. Telkomsel, kata dia, bisa memanfaatkan brand raksasa Microsoft, sebaliknya Microsoft memanfaatkan Telkomsel untuk melakukan penetrasi ke dalam pengguna ponsel di Indonesia.

Alfons berharap pemerintah melihat secara mendetail kerja sama Microsoft-Telkomsel. Misalnya, seperti apa penempatan datanya, bagaimana transfer teknologi terjadi, dan siapa yang menentukan kebijakan kritikal.

"Pertanyaannya adalah dimana kedaulatan data kita dalam kerja sama ini."

"Itu server ditempatkan dimana, siapa yang punya akses, bagaimana enkripsi-nya, dan harus dipastikan terjadi transfer teknologi. Maunya kita, Indonesia harus jadi pemain cloud suatu saat nanti," kata dia.

Security dan Enkripsi

Secara umum, Alfons yakin Microsoft tidak akan abai dengan isu security dan keamanan data di Indonesia. Dalam melihat hal ini, ia percaya level Microsoft memiliki kemampuan security yang cukup memadai dan bisa mengikuti standar minimal security. Nantinya, Indonesia harus mampu melengkapinya dengan regulasi.

"Kalau (security) itu Microsoft pasti mampu," ujarnya.

Akan tetapi, persoalan yang sama tidak berlaku untuk enkripsi data. Kedua pihak harus memastikan terjadi enkripsi data secara end to end sehingga pihak perantara yang berada di tengah (termasuk Microsoft dan Telkomsel) harus bisa menjamin keamanan data tersebut.

"Karena data harus lewat (cloud) Microsoft kan. Jadi, harusnya di enkrip."

"Misalnya komputer saya ingin menempatkan data KTP di Cloud milik Microsoft. Sebelum data KTP saya keluar dari komputer saya, itu harus di enkrip dulu dengan key," katanya.

Berdasarkan teknis dan aturan yang berlaku, menurut Alfons pemerintah juga tidak berhak melihat atau mengintip data end to end yang dienkripsi. Walaupun di beberapa negara, seperti AS, bisa memaksa platform untuk mengintip data enkripsi tersebut. Itu pun bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk membuat kecurangan.

"Enkripsi itu artinya Microsoft atau Telkomsel memang bisa melihat datanya lewat, tapi enggak bisa buka karena sudah di enkrip. Secara teoritis begitu aturannya walaupun ada juga nanti yang sengaja bikin lubang atau celah."

Redaktur: Arif Rahman

#Telkomsel   #Microsoft   #cloud   #kolaborasi   #ai   #bigdata   #analytics   #iot   #marketseluler   #transferteknologi   #enkripsi   #cybersecurity

Share:




BACA JUGA
Demokratisasi AI dan Privasi
Microsoft Ungkap Aktivitas Peretas Rusia Midnight Blizzard
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
Microsoft Merilis PyRIT - Alat Red Teaming untuk AI Generatif
Politeknik Siber dan Sandi Negara Gandeng KOICA Selenggarakan Program Cyber Security Vocational Center