
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Sebuah riset baru-baru ini menunjukkan adanya kemungkinan sel saraf (neuron) otak dan sel saraf buatan berbasis silikon bisa saling berkomunikasi.
Riset yang didanai Uni Eropa tersebut diuji coba pada neuron tikus untuk memberi sinyal ke sinapsis nano-elektronik (yang disebut memristor yang dibangun di Universitas Southampton, Inggris), demikian seperti dikutip dari Digital Trends, Kamis (27 Februari 2020).
Sinapsis adalah titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain. Neuron biologis yang dikembangkan di Italia kemudian ditransmisikan ke neuron buatan yang ada di Zurich, Jerman. Hasilnya, demonstrasi sederhana bagaimana neuron biologis dan buatan dapat berkomunikasi dua arah dan secara real time.
“Untuk pertama kalinya kami menunjukkan bagaimana neuron sebuah chip dapat dihubungkan dengan neuron otak dan berkomunikasi dengan ‘bahasa yang sama’,” ujar Profesor Stefano Vassaneli dari Departemen Ilmu Biomedis di Universitas Padova di Italia.
Riset itu juga untuk pertama kalinya menunjukkan bagaimana tiga teknologi kunci bekerja sama, yaitu antarmuka otak-komputer (brain-computer interfaces), jaringan saraf tiruan, dan teknologi memori canggih (dikenal sebagai memristor)
“Penemuan ini membuka pintu bagi riset lebih lanjut tentang kecerdasan buatan dan saraf,” tulis Technology Networks.
Dalam riset ini, awal-awal peneliti menciptakan jaringan saraf hibrida, yaitu neuron biologis dan buatan di sejumlah kampus di Inggris (Universitas Southampton), Swiss, Jerman (Universitas Zurich dan ETH Zurich), dan Italia (Universitas Padova).
Neuron-neuron tersebut dikomunikasikan dengan internet melalui pusat sinapsis buatan yang dibuat menggunakan teknologi nano-elektronik (memristor).
Themis Prodromakis, Profesor Nanoteknologi dan Direktur Pusat Perbatasan Elektronik di Universitas Southampton, mengatakan, “Salah satu tantangan terbesar meneliti semacam ini, mengintegrasikan berbagai teknologi canggih dan keahlian khusus yang tidak biasanya di bawah satu atap. Dengan membuat laboratorium virtual, kami dapat mencapai ini,” kata dia.
Ia juga menambahkan, “Di satu sisi, riset ini menjadi dasar untuk skenario baru yang tidak pernah ditemukan selama evolusi alami, di mana neuron biologis dan buatan dihubungkan bersama dan berkomunikasi melalui jaringan global; meletakkan dasar untuk internet Neuro-elektronik.”
Di sisi lain, riset ini membawa prospek baru ke teknologi neuroprostetik, membuka jalan menuju penelitian untuk mengganti bagian otak yang tidak berfungsi dengan chip AI, ujar dia.
Sementara itu, Vassanelli mengutarakan, dalam jangka panjang, temuan itu memungkinkan penggunaan jaringan tiruan neuron penguat untuk mengembalikan fungsi pada penyakit otak. Ia mencontohkan, penyakit parkinson, stroke, dan epilepsi.
“Setelah tertanam dalam implan otak, neuron silikon akan bertindak sebagai sejenis neuroprostesis, di mana neuron buatan akan secara adaptif merangsang neuron asli yang disfungsi dan memfasilitasi pemulihan,” kata Vassaneli.
Sebuah makalah terkait riset tersebut berjudul “Memristive synapses connect brain and silicon spiking neurons” baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: