
Ilustrasi | FREEPIK.COM
Ilustrasi | FREEPIK.COM
Jakarta, Cyberthreat.id – Direktur PT Hawk Teknologi Solusi (HTSnet), Harijanto Pribadi, mengatakan, sebagai pengusaha penyelenggara jasa internet (internet service provider/ISP), dirinya tak merasa terganggu dengan keputusan pemerintah membatasi akses media sosial.
Justru, menurut dia, pembatasan medsos yang dilakukan oleh Indonesia pada Rabu (22/5/2019) masih lebih baik dibandingkan dengan Turki.
“Saya pribadi, saya mendukung (pembatasan medsos) daripada chaos mendingan dibatasi dulu. Di Turki, malah semua (fitur) dimatikan. Kita lebih cerdas, kita masih bisa teks doang,” ujar Harijanto saat berbincang dengan Cyberthreat.id, Kamis (23/5/2019).
Berita Terkait:
Seperti diketahui, pemerintah memutuskan untuk memblokir sebagian medsos menyikapi demonstrasi 22 Mei lalu. Demonstrasi yang disusupi “massa lain” itu berbuat onar dengan melempar batu, bom molotov, dan membakar kendaraan di Asrama Brimob Petamburan, Jakarta Pusat. Bentrokan tersebut mengakibatkan 737 orang luka-luka. Ada dua versi korban jiwa: versi polisi tujuh orang, versi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan delapan orang.
Medsos yang diblokir antara lain Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Twitter. Pengguna tak bisa mengirim, mengunggah dan mengunduh foto/gambar dan video, bahkan file berbentuk audio dan PDF juga mengalami kesulitan.
Selama 24 jam terakhir, akses keempat medsos tersebut masih terhambat. Pengiriman teks di WhatsApp dan Twitter memang masih bisa dilakukan. Panggilan via WhatsApp terkadang masih mengalami gangguan. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelumnya mengatakan bahwa lama waktu pemblokiran maksimal 2-3 hari menyesuaikan kondisi di Jakarta telah aman dan terkendali.
Medsos di Turki
Sementara, pemblokiran media sosial di Turki terjadi pertama kali pada 2014. Namun, puncaknya pada 2016, setelah Pemerintah Turki melakukan penangkapan sebanyak 11 politisi oposisi yang mencoba melakukan kudeta.
Medsos yang diblokir seperti Facebook, WhatsApp, Skype, Instagram, YouTube, dan Twitter. "Inilah pertama kalinya layanan olah pesan WhatsApp dan Skype diblokir," kata Alp Toker, pendiri TurkeyBlock, perusahaan pemantau Internet, kepada Business Insider, 4 November 2016.
Teknik yang dipakai untuk memblokir situs web adalah "pelambatan jaringan" sampai pengguna tidak bisa mengakses medsos tersebut. Pada 2017, Wikipedia juga mengalami hal serupa yang diblokir untuk seluruh bahasa dan berlangsung selama setahun. Pemblokiran tersebut lantaran Wikipedia tak mau menghapus artikel yang menyebut Pemerintah Turki di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan mendukung kelompok-kelompok teroris.
Independent juga melaporkan, kebijakan pemblokiran itu untuk mengurangi insiden politik dan mencegah kerusuhan sipil. "Internet benar-benar ditutup di Turki bagian Tenggara sehingga mempengaruhi sekitar enam juta orang dan melumpuhkan infrastruktur di wilayah itu," tulis Independent.
Berita Terkait:
Cara kerja pemblokiran
Bagaimana sebetulnya teknis pembatasan hanya bisa dilakukan untuk foto/gambar dan video?
Harijanto mengatakan, untuk penapisan atau penyaringan (filtering) konten-konten negatif, selama ini perusahaan ISP menggunakan sistem penapisan DNS (domain name system).
Berita Terkait:
Ia menyebutkan, bahwa pemerintah telah memiliki situs web Trust Positif. Situs web ini berisi alamat di internet (domain) yang dilarang atau dalam daftar hitam (blacklist) pemerintah. “Nanti dari situ, otomatis dari semua ISP dan operator telekomunikasi akan ikut filtering,” kata dia.
Untuk penapisan dengan memilah antara foto/video dan teks, kata dia, memang ada aplikasinya. Namun, khusus penapisan yang dilakukan oleh perusahaan ISP hanya melalui sistem DNS, misal, TikTok yang sempat diblokir beberapa waktu lalu, cara penapisannya hanya melalui sistem DNS.
Apakah pemblokiran medsos berdampak bisnis bagi perusahaan ISP? Harijanto mengklaim tidak ada pengaruhnya sama sekali.
“Hmmm... enggak sih. Kami sih karena izin dari pemerintah, ya mau enggak mau, nurut. Dia kan regulator, kami sebagai pebisnis,” ujar Harijanto sambil diselingi canda.
“Merugikan buat kami sih enggak, ya, tapi kan yang saya baca online shop itu yang kena, e-commerce yang terhambat komunikasi,” ia menambahkan.
Berdiri sejak 26 Juli 2010, sebagai salah satu perusahaan ISP di Indonesia, HTSnet telah memiliki pelanggan ritel mencapai 1.000. HTSnet memberikan layanan akses data dan solusi internet dari berbagai usaha seperti hotel, rumah sakit, mal, perguruan tinggi, perusahaan swasta, dan pemerintahan.
Share: