
Rob Wainwright | Foto: WEF/Heinz Tesarek
Rob Wainwright | Foto: WEF/Heinz Tesarek
Cyberthreat.id – Penjahat siber satu memang terlalu berani. Tak tanggung-tanggung, pelaku memanfaatkan kepopuleran Rob Wainwright, mantan Direktur Europol, badan khusus kriminalitas Uni Eropa, untuk memeras seseorang.
Modus operandinya terbilang canggih: edit suara.
Penjahat mengedit suara dari hasil wawancara Rob dengan sebuah stasiun televisi. Suara diedit sedemikian rupa, seolah-olah Rob meminta uang sebesar € 10.000 atau sekitar Rp 148 juta.
Kata-kata yang diedit itu berbunyi, seperti berikut: "Saya seorang direktur Europol, saya sedang menyelidiki sesuatu, saya perlu 10k dari Anda untuk menyelidiki lebih lanjut.”
"Mereka menggunakan wawancara TV saya menjadi sesuatu yang tampak seolah-olah saya yang sebenarnya berbicara untuk memeras uang,” kata Rob seperti dikutip dari Independent, Minggu (16 Februari 2020).
Kejahatan itu terungkap ketika korban menghubungi Rob (yang asli) untuk meminta uangnya kembali. Hingga kini, pelaku masih belum terungkap identitasnya.
"Ini adalah cara yang mengerikan,” ujar Rob.
Menurut dia, modus tersebut harus menjadi perhatian dunia bisnis karena sangat berisiko. Ia juga menyebut penjahat sekarang semakin canggih dan inventif.
Rob selepas pensiun dari Europol kini aktif sebagai mitra senior di Deloitte—perusahaan jasa profesional dan anggota Big Four Auditor (kelompok kantor akuntan internasional terbesar di dunia). Rob lebih fokus menangani kejahatan keamanan dunia maya dan keuangan.
Rob mengatakan, saat ini internet telah "mengubah cara kelompok kejahatan bekerja satu sama lain ... dan menggunakan teknologi modern untuk menipu orang di mana pun di dunia," tutur dia.
Sekarang kriminalitas terjadi secara online menggunakan mata uang kripto, kata dia. "Anda tidak tahu dengan siapa Anda berurusan karena Anda tidak memiliki petunjuk fisik, tidak ada transfer fisik uang tunai, tidak ada uang tunai yang dapat dilacak melalui sistem perbankan, hanya mata uang kripto," kata Rob.
"Apa yang kami perhatikan selama lima atau 10 tahun terakhir adalah pertumbuhan apa yang saya sebut ekonomi kriminal global. Skala yang sangat besar - skala industri - ekonomi kriminal yang tumbuh di dunia bawah di daerah Darknet di internet.”
Salah satu tantangan kepolisian terbesar, katanya, adalah mengidentifikasi para pelaku di dunia siber yang memfasilitasi anonimitas.
Mereka yang diidentifikasi biasanya tinggal di luar negeri di negara-negara di luar jangkauan lembaga penegak hukum barat.
Skala penjahat siber, kata dia, juga tak jauh-jauh dari penjualan data detail informasi pribadi.
"Mereka menargetkan dan mencuri sebanyak mungkin data pribadi, dari mana saja, membuangnya di situs perdagangan Darknet untuk penipu lainnya. Kemudian menggunakan data curian untuk seluruh jaringan penipuan, seperti penipuan hipotek, penipuan kesejahteraan sosial, penipuan pajak, dan apa pun,” kata Rob.
Di sisi lain, ia juga mencermati kelompok kejahatan terorganisir yang justru berkolaborasi satu sama lain. Ia mencontohkan kartel kejahatan Kinahan, yang dipimpin oleh Christy Kinahan, salah satu target terbesar Europol selama tahun-tahun terakhir Rob.
"Mereka [geng Kinahan] berada dalam bisnis berkolaborasi semakin banyak dengan kelompok lain," kata Rob.
Geng kejahatan terorganisir tidak hanya berkolaborasi satu sama lain, tetapi dalam beberapa kasus dengan "aktor negara".
"Umumnya, ada peningkatan kecanggihan dalam alat siber yang mereka gunakan. Jadi, kita melihat malware yang lebih pintar dan lebih pintar sebagai sarana untuk menyerang perusahaan," ujar Rob.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: