
Laszlo Hanyecz bersama kedua anaknya yang siap menyantap pizza. Foto: Coin Telegraph.
Laszlo Hanyecz bersama kedua anaknya yang siap menyantap pizza. Foto: Coin Telegraph.
Jakarta, Cyberthreat.id – Anda barangkali tak akan pernah membayangkan ada seseorang yang membeli pizza dengan Bitcoin, bukan? Barangkali, Anda sendiri justru masih bingung: apa itu Bitcoin?
Namun, itu benar-benar terjadi pada 22 Mei 2010 dan orang itu adalah Laszlo Hanyecz, programmer komputer yang tinggal di Florida, Amerika Serikat.
Berita Terkait:
Dialah orang pertama yang menggunakan Bitcoin untuk transaksi di dunia nyata dengan membeli dua pizza Papa John’s senilai 10.000 BTC. Dan, si penerima Bitcoin itu adalah Jeremy Sturdivant, dikenal dengan Jercos. Saat itu, Bitcoin masih belum dianggap bernilai sepeser pun; masih senilai kurang dari satu sen. Namun, itu dulu.
Ia pun terkenal dengan julukan Pria Pizza Bitcoin. Sejak itu, setiap 22 Mei penggemar Bitcoin di seluruh dunia merayakan Hari Pizza Bitcoin untuk menandai kejadian itu.
Saat ini, satu Bitcoin bernilai US$ 8.000. Jika memakai kurs sekarang nilai Bitcoin yang dibelanjakan Hanyecz itu telah mencapai US$ 80 juta atau setara Rp 1,15 triliun.
Hanyecz memperkirakan telah menghabiskan sekitar 100.000 BTC atau sekitar US$ 800 juta. Ia mengaku tak hanya membeli pizza dengan Bitcoin, ada pula barang-barang lain, tapi kebanyakan memang untuk membeli pizza..
Minggu (19/5/2019), ia muncul untuk pertama kalinya di televisi di acara 60 Minutes di Stasiun Televisi CBS. Anderson Cooper, pembawa acara, terlihat heran dengan keputusan Hanyecz kala itu.
“Itu uang sebesar US$ 800 juta Anda habiskan untuk pizza?” tanya Cooper.
“Ya, jika anda melihat itu dengan nilai tukar saat ini,” jawab Hanyecz yang kini bekerja untuk perusahaan ritel online GoRuck.
“Apakah Anda sempat berpikir saat terbangun di malam hari, sebetulnya saya bisa memiliki US$ 800 juta andaikata saya tidak membeli pizza itu?”
“Saya kira, berpikir seperti itu tidak baik bagi saya,” kata Hanyecz.
Berita Terkait:
Dalam wawancara dengan Coin Telegraph sebelumnya, Hanyecz mengaku tak begitu menyesali keputusan menghabiskan Bitcoin untuk pizza. Ia tak mengira bahwa membeli pizza dengan Bitcoin saat itu akan menjadi sepopuler sekarang. Namun, ia melihat pengalaman itu sebagai sesuatu yang menarik bagi orang-orang.
“Saya tidak menyesalinya. Saya pikir itu luar biasa bahwa saya harus menjadi bagian dari sejarah awal Bitcoin dengan cara itu. Dan, orang-orang tahu tentang pizza dan itu adalah cerita menarik,” kata dia.
Hanyecz mengaku berusaha kapan saja untuk menggunakan Bitcoin dalam bertransaksi. Ia melakukan hal itu sebagai hobi. “Tapi, saya belum benar-benar menggunakan Bitcoin untuk pembayaran tatap muka. Saya pakai Bitcoin sebagian besar secara daring,” kata dia.
Meski menyukai Bitcoin, ia mengatakan, justru tak mau terlibat dalam bisnis kriptokurensi. “Ini semacam proyek sampingan saya. Saya tahu itu agak aneh, tapi saya merasa seperti itu lebih menyenangkan bagi saya,” kata dia.
Bitcoin, mata uang berbasis digital (kriptokurensi), saat ini belum diterima oleh sejumlah pemerintah atau bank mana pun. Nilainya berdasarkan pasar bebas. Bitcoin dapat dibeli dan dijual dengan sistem bisnis pertukaran, misalnya, melalui Binance, salah satu tempat pertukaran Bitcoin.
Sejak transaksi nyata yang dilakukan Hanyecz itu, Bitcoin pun mulai dipakai untuk transaksi properti, belanja daring, pemesanan pesawat, dan, tentu saja, pizza.
Share: