IND | ENG
Crypto AG, Perusahaan Milik CIA yang Menyadap Dunia

Ilustrasi

Crypto AG, Perusahaan Milik CIA yang Menyadap Dunia
Arif Rahman Diposting : Kamis, 13 Februari 2020 - 18:54 WIB

Cyberthreat.id - Selama lebih dari setengah abad, pemerintah di seluruh dunia ternyata mempercayai satu perusahaan tunggal untuk merahasiakan komunikasi mata-mata, militer, dan para diplomat.

Perusahaan itu dikenal dengan nama Crypto AG yang mendapatkan kontrak pertamanya dari pasukan Amerika Serikat (AS) di Perang Dunia II. Ketika itu, Crypto AG diminta membangun mesin pembuat kode yang digunakan untuk keperluan perang.

Kontrak tersebut menghasilkan dana segar bagi Crypto AG. Kucuran uang membuat perusahaan asal Swiss menjelma menjadi korporasi yang dominan dalam membuat perangkat enkripsi selama beberapa dekade. Crypto AG mampu menavigasi gelombang teknologi dari mekanik ke sirkuit elektronik hingga akhirnya mengembangkan chip silikon dan perangkat lunak.

Perusahaan yang bermarkas di Steinhausen menghasilkan jutaan dolar dengan menjual peralatan ke lebih dari 120 negara hingga abad ke-21. Kliennya termasuk Iran, junta militer di Amerika Latin, persaingan nuklir India dan Pakistan, hingga Vatikan.

Daftar negara pelanggan Crypto AG

Tetapi yang tidak diketahui oleh para pelanggannya adalah Crypto AG secara diam-diam dimiliki oleh CIA dalam kemitraan yang sangat rahasia dengan intelijen Jerman Barat. Bahkan, di dalam list yang dilaporkan Washington Post, puluhan negara termasuk Indonesia jadi korban mata-mata atau penyadapan Crypto AG.  

Agen mata-mata ini mampu mencurangi perangkat perusahaan sehingga mereka dapat dengan mudah memecahkan kode yang digunakan negara lain atau negara pengguna untuk mengirim pesan terenkripsi.

Laporan komprehensif mengenai aksi Crypto AG diberitakan oleh The Washington Post dan ZDF. Laporan mengidentifikasi petugas CIA yang menjalankan program dan eksekutif perusahaan yang dipercayakan untuk melaksanakannya.

"Ini menggambarkan bagaimana AS dan sekutu-sekutunya mengeksploitasi gullibilitas (menipu) negara lain selama bertahun-tahun, mengambil uang mereka dan mencuri rahasia mereka," tulis The Washington Post, Selasa (11 Februari 2020).

Laporan CIA menyebut pekerjaan Crypto AG sebagai 'Kudeta Intelejen' abad ini.

"Pemerintah asing membayar banyak uang kepada AS dan Jerman Barat untuk hak istimewa agar komunikasi mereka yang paling rahasia dibaca oleh setidaknya dua (dan mungkin sebanyak lima atau enam) negara asing."

Sejak tahun 1970 dan seterusnya, CIA dan banyak 'saudara kandungnya' yang memecahkan banyak kode Badan Keamanan Nasional di  berbagai negara.

CIA kemudian mengendalikan hampir setiap aspek operasi Crypto - memimpin dengan mitra Jerman mereka dalam mengambil keputusan, merancang teknologinya, menyabot algoritma-nya dan mengarahkan target penjualannya.

"Kemudian, mata-mata AS dan Jerman Barat duduk dan mendengarkan."

Operasi Crypto AG relevan dengan spionase modern. Misalnya terkait pengawasan dan mata-mata global yang diekspos pada 2013 oleh Edward Snowden.

Gema Crypto AG turut berputar-putar di sekitar perusahaan modern dengan dugaan terkait penyadapan terhadap pemerintah asing. Misalnya anti-virus Rusia Kaspersky, aplikasi SMS yang diikat ke Uni Emirat Arab dan raksasa telekomunikasi China Huawei yang juga dituduh AS melakukan aktivitas mata-mata.

#CryptoAG   #spyware   #cybersecurity   #cyberthreat   #cia   #perangdunia2

Share:




BACA JUGA
Wamenkominfo Apresiasi Kolaborasi Tingkatkan Kapasitas Talenta AI Aceh
Politeknik Siber dan Sandi Negara Gandeng KOICA Selenggarakan Program Cyber Security Vocational Center
Hacker Pro Palestina Klaim Retas Data Puluhan Perusahaan Israel
Wamenkominfo Dorong Kolaborasi Kembangkan Eksosistem AI
Grup Spionase Cyber ​​Rusia Sebarkan Worm USB LitterDrifter