
Desar alias Erwin, bos sindikat penipuan SIM swapping dengan korban Ilham Bintang. | Foto: Rilis Polda Metro Jaya
Desar alias Erwin, bos sindikat penipuan SIM swapping dengan korban Ilham Bintang. | Foto: Rilis Polda Metro Jaya
Jakarta, Cyberthreat.id – Polda Metro Jaya menangkap delapan tersangka sindikat penipuan pengambilalihan kartu seluler (SIM swapping) dengan korban wartawan senior juga pengusaha media Ilham Bintang.
Delapan tersangka tersebut antara lain Desar alias Erwin (28), Teti Rosmiawati (46), Wasno (52), Arman Yunianto (53), Jati Waluyo (33), Hendri Budi Kusumo (24), Rifan Adam Pratama (25), dan Heni Nur Rahmawati (25).
Mereka memiliki peran masing-masing. Seperti Desar berperan sebagai koordinator kelompok pembobol rekening dan kartu kredit, memiliki data Sistem Laporan Inforamsi Keuangan (SLIK) milik korban Ilham Bintang dari Otoritas Jasa Keuangan.
Ada tiga orang yang berperan sebagai pembuat aduan palsu ke gerai operator seluler untuk membuat kartu seluler baru, antara lain Arman Yunianto, Teti Rosmiawati, dan Wasno.
Tiga orang berperan mendapatkan data SLIK OJK yaitu Hendri Budi Kusumo, Rifan Adam Pratama, dan Heni Nur Rahmawati. Dan, terakhir, satu orang berperan membuat KTP palsu yaitu Jati Waluyo.
Kepala Bidang Humas Polda Metri Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, tersangka HBK (Hendri Budi Kusumo, red) adalah salah satu karyawan yang bekerja di sebuah bank BPR Bintara Pratama Sejahtera. Tersangka HBK memiliki akses ke SLIK OJK.
Desar kemudian bekerja sama dengan HBK yang memiliki akses untuk mendapatkan SLIK OJK. "Dari situlah, ia mendapatkan data nasabah aktif dan juga kartu kredit aktif. Dari hasil penyelidikan, dia menjual data kepada tersangka D (Desar) dengan total keuntungan senilai Rp 500 juta (1 data dijual Rp 100.000),” tutur Yusri di Jakarta, Rabu (5 Februari 2020).
Hendri berperan memperoleh data SLIK OJK dan menjual data-datanya di online | Foto: Rilis Polda Metro Jaya
Menurut rilis Polda Metro Jaya yang didapat Cyberthreat.id, modus yang dipakai pelaku adalah para tersangka mencari data korban, seperti nama, tempat tanggal lahir, pekerjaan, nomor ponsel, alamat dll dengan cara membeli data nasabah kartu kredit di Facebook.
Setelah itu, mereka mencari data nasabah kartu kredit aktif di BI Checking atau SLIK OJK. Lalu, menguasai email korban dengan cara verifikasi ulang. Selanjutnya, mereka membobol rekening korban dengan mengirim ke rekening penampungan dan belanja online.
“Jumlah korban yang telah teridentifikasi dari kelompk Desar alias Erwin ini sejumlah 19 orang,” demikian Polda Metro Jaya dalam rilisnya.
Para tersangka dijerat dengan Pasal 35 Jo Pasal 51 Ayat (1) Jo Pasal 30 Jo Pasal 46 Ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan atau Pasal 363 KUHP dan atau Pasal 263 KUHP dan atau Pasal 3 dan 4 Jo Pasal 10 UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Mereka terancam terkena hukuman pidana penjara paling lama 20 tahun.
Kasus ini dilaporkan oleh korban Ilham Bintang pada 17 Januari 2020 atas dasar tindak pidana pencurian dengan pemberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 KUHP.
Peristiwa penipuan SIM swapping tersebut terjadi pada 3 Januari 2020 di Gerai Indosat Bintaro Xchange Mall, Tangerang Selatan, Banten.
Pertengahan Januari lalu, melalui unggahan di akun Facebook-nya, Ilham Bintang bercerita bahwa dirinya menjadi korban SIM swapping. Ia juga menunjukkan foto pelaku yang berhasil ditangkap dalam rekaman kamera pengawas (CCTV).
Menurut Ilham, ada seorang lelaki datang ke Gerai Indosat di Bintaro Jaya Xchange, Tangerang Selatan, Banten pada Jumat (3 Januari 2020) pukul 21.02 WIB. Mengaku-ngaku sebagai dirinya, kata Ilham, pelaku sukses mengelabui petugas layanan konsumen (costumer service) Indosat dan mengambil alih nomor telepon 0816806656.
Saat kejadian tersebut, dirinya sedang berada di Australia. Ketika di Bandara Sydney, Australia, sebuah pesan muncul di layar ponselnya. Bunyinya "SOS." Saat itu, Ilham yang hendak menuju Melbourne merasa ada yang janggal. Sebab, sebelumnya ia sudah membeli paket roaming untuk digunakan di Australia. Namun, saat itu, Ilham belum menyadari nomor teleponnya telah berpindah tangan.
Ilham baru sadar ada yang tak beres ketika mengecek rekening banknya di Commanwealth.
"Rekening saya di Commanwealth dibobol, sampai untuk menukar uang bilangan kecil saja pun tidak bisa lagi. Di Kartu Kredit BNI saya ada transaksi yang tidak saya lakukan kurun 4,5,dan 6 Januari," tulis pria kelahiran Makassar 64 tahun lalu itu.
Namun, sejauh ini belum diketahui pasti bagaimana teknis pelaku mencuri uang di rekening tersebut ketika bisa menguasai kartu seluler Ilham. Karena kasus tersebut, Ilham telah melaporkannya kepada polisi.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: