IND | ENG
Sebut WhatsApp Bahaya, Ini Sepak Terjang Bos Telegram

Pavel Durov pendiri Telegram

Sebut WhatsApp Bahaya, Ini Sepak Terjang Bos Telegram
Yuswardi A. Suud Diposting : Senin, 03 Februari 2020 - 20:00 WIB

Cyberthreat.id - Pavel Durov seperti mengirim sebuah "bom waktu" ke markas WhatsApp. Lewat tulisan berjudul "Why Using WhatsApp is Dangerous" yang diunggah di blog akhir Januari lalu, Durov membeberkan kerentanan pada WhatsApp yang dapat dipakai peretas untuk mencuri data dari ponsel seseorang, seperti dialami orang terkaya di planet ini: Jeff Bezos. (Baca: Bos Telegram Ungkap Bahaya Pakai WhatsApp)

Ini bukan pertama kali Durov menyerang WhatsApp. Dalam sebuah konferensi teknologi di San Fransisco pada 2015, seperti dikutip The New York Times,  Durov mengatakan WhatsApp berkualitas buruk dan tak dapat diandalkan.

Ia mengatakan, jika smartphone pengguna mati, maka pesan yang dikirim melalui WhatsApp tidak dapat diterima walaupun WhatsApp punya versi desktop. Ini berbeda dengan Telegram yang tetap dapat menerima pesan lewat komputer desktop atau laptop, meskipun ponsel penggunanya sedang mati atau habis baterai.

Durov, pendiri aplikasi Telegram berusia 35 tahun itu memang dikenal sebagai sosok yang kontroversi. Ia tak kenal kompromi terhadap privasi, sesuatu yang diyakininya sebagai hak semua orang, termasuk di dunia maya.

Sebelum mendirikan Telegram, pada 2006, Durov membuat VKontakte (kini namanya VK), sebuah platform media sosial berbahasa Rusia, sering  disebut Facebook-nya orang Rusia. Saat mendirikan CKontakte, Durov masih berusia 22 tahun. Dalam sekejap, CKontakte berhasil menarik perhatian orang Rusia, meski tetap diterpa tudingan menjiplak Facebook.

Sayangnya, pada 2014 Durov terpaksa kabur dari Rusia. Media Rusia rbth.com menyebut, Durov memilih pergi dari tanah kelahirannya lantaran Badan Keamanan Rusia (FSB) meminta VK menyerahkan informasi pribadi  para pengguna yang terkait dengan demonstrasi Maidan di Ukraina pada 2014.

Dalam sebuah wawancara dengan AFP seperti dikutip dari BBC pada April 2014, Durov mengatakan sekutu-sekutu Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah mengambi alih jejaring sosialnya.

Kepada AFP, Durov mengatakan telah digusur dari VKontakte setelah menolah mengungkap identitas para pengguna yang terlibat dalam penyelenggaraan protes pro-Uni Eropa di Ukraina pada 2014.Hengkang dari Rusia, Durov sempat melanglang buana ke sejumlah negara sebelum akhirnya memilih berlabuh di Dubai, Uni Emirat Arab.

Mendirikan Telegram
Bersama saudaranya Nikolai Durov, membangun platform Telegram dari pengasingan. Nikolai berfokus pada pengembangan aplikasi dengan menciptakan protokol MTProto yang menjadi motor Telegram. Sedangkan Durov mencari pendanaan dan pengembangan infrastruktur.

Sang kakak, Nikolai Durov, seorang matematikawan dan programmer pemenang penghargaan, merakit perangkat lunak, sembari bergerak dari satu negara ke negara lain, menghindar dari agen mata-mata dan penegak hukum seperti FBI. Lokasi servernya dirahasiakan.

Pada 14 Agustus 2013, Telegram memulai debutnya di sistem operassi iOS besutan Apple. Dua bulan kemudian, pengguna Android dapat mengunduhnya di Google Play Store.

Setahun sejak peluncurannya, Telegram sudah dipakai oleh 100 ribu pengguna aktif harian. Pada Maret 2014, jumlah penggunanya melonjak tajam menjadi 15 juta. Pada 2018, Durov mengumumkan pengguna Telegram sudah mencapai 200 juta.

Beberapa fitur keamanan pada Telegram memang tak ditemukan pada aplikasi perpesanan lain, sekalipun pada WhatsApp. Sebut saja fitur "Secret Chat" di mana seseorang bisa berkomunikasi dengan orang lain dalam percakapan rahasia. Pengguna fitur ini dapat mengatur agar komunikasi mereka menghilang otomatis dalam jangka 5 detik hingga 1 jam, tergantung pengaturan oleh penggunanya.

Fitur secret chat di Telegram

Selain itu,fitur 'Chat Rahasia' menggunakan end-to-end encryption sebelum WhatsApp memakainya, tidak meninggalkan jejak percakapan di server Telegram, layarnya tidak bisa direkam, dan tidak bisa diteruskan ke orang lain yang tidak terlibat dalam percakapan.

Hal lain: Telegram memungkinkan penggunanya menyembunyikan nomor telepon, sehingga yang muncul di layar hanya namanya saja. Jika tidak bersedia menerima panggilan telepon lewat Telepon, pengguna juga dapat mengaturnya di menu 'Pengaturan.'

Kelebihan lainnya, semua pesan dalam perbincangan biasa (bukan secret chat), juga dapat dihapus oleh salah satu orang yang terlibat dalam percakapan.  

Diblokir di sejumlah negara 
Pada 14 Juli 2017, pemerintah Indonesia melalui Kemkominfo memblokir DNS dari Telegram dengan alasan banyaknya propaganda, radikalisme, terorisme, paham kebencian, ajakan atau cara merakit bom, cara melakukan penyerangan, dan hal lain yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Tak sampai sebulan kemudian, pada 1 Agustus, Durov datang ke Indonesia dan menjumpai Menteri Kominfo saat itu, Rudiantara, di kantornya.

Dikutip dari situs resmi Kominfo, dalam pertemuan itu, Durov mengatakan dirinya berkomitmen dan sangat peduli terhadap ancaman terorisme global, terutama di negara seperti Indonesia.

"Penting bagi Pemerintah Indonesia dan Telegram untuk membuat pernyataan bersama terkait hal ini," kata Durov.


Mantan Menkominfo Rudiantara dan Pavel Durov | Foto: Situs resmi Kominfo

Setelah pertemuan itu, Pemerintah Indonesia membuka blokir Telegram.   

Keluhan Telegram digunakan untuk aksi terorisme juga datang dari Iran dan Rusia.

Di Iran, ia didakwa dalam sebuah pengadilan in absentia dengan kejahatan terkait popularitas Telegram di kalangan teroris, perdagangan manusia dan pedofil.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg pada Desember 2017 sambil menikmati seafood di Sidharta Lounge yang menghadap ke laut, tak jauh dari kantor barunya di lantai 23 gedung pencakar langit di Dubai Media City, Durov berujar,"Saya termotivasi oleh rasa ingin tahu. Sangat menarik melihat bagaimana menjalankan platform media sosial paling populer di negara seperti Iran."

Di Iran, Telegram menyumbang sekitar 40 persen dari semua lalu lintas internet. Sebagai catatan, pemerintah setempat melarang Twitter dan Facebook.  

Pada April 2018, lembaga terkait di Rusia mengajukan gugatan untuk memblokir Telegram. Langkah itu dilakukan setelah Telegram menolak menyerahkan kunci enkripsi ke pemerintah. Permintaan itu terkait keputusan pengadilan yang meminta Telegram menyerahkan data penggunanya ke Agensi Keberamanan Negara (FSB) untuk mencegah serangan teroris. Ternyata, karena fitur keamanannya yang cukup ketat, Telegram dipakai oleh ISIS untuk berkomunikasi. Karena menolak permintaan itu, pengadilan Rusia meminta Telegram diblokir.

"Informasi yang didistribusikan di Telegram bisa saja mengandung ekstremisme dan terorisme, dan dapat mengancam Rusia dan semua warganya, termasuk pengguna Telegram," kata perwakilan Roskomnadzor, lembaga Rusia yang mengawasi media dan internet.

Menanggapi pemblokiran itu, Pavel Durov berkicau di Twitter. Kata dia, bagi Telegram, privasi pengguna adalah sesuatu yang tak bisa ditawar.

"Privasi bukanlah untuk digadaikan, dan hak asasi manusia tidak boleh dikompromikan karena rasa takut dan ketamakan," kicau Durov.

Durov menegaskan, Telegram tak peduli dengan pendapatan atau penjualan iklan, dan tetap memegang teguh prinsip melindungi privasi pengguna.

Orang Terkaya ke  Versi Forbes
Dalam perbincangan dengan Bloomberg, Durov mengatakan, Telegram akan dijalankan seperti sebuah badan amal. Kalau pun dimonetisasi, kata dia, tetap pada batas wajar untuk mendanai ekspansi platform perpesanan itu. Telegram, kata dia, tidak dapat dibeli dengan harga berapa pun.

Durov bilang, ia pernah menolak tawaran dari perusahaan teknologi yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat. Namun, Durov menolaknya. Tanpa menyebut nama, Durov bilang ia mendapat penawaran untuk menjual Telegram di kisaran US$ 3 miliar hingga US$ 5 miliar.

"Bahkan seharga US$ 20 miliar pun, Telegram tidak dijual," katanya. "Itu jaminan seumur hidup."

Namun begitu, majalah Forbes menempatkannya pada urutan ke-838  orang terkaya dunia dengan kekayaan US$ 2,7 miliar.

Antara Privasi dan Kejahatan
Durov tak membantah jika Telegram disukai teroris. Namun, ia punya argumen tersendiri.

"Kemungkinan kita mengalami kecelakaan mobil jutaan kali lebih tinggi daripada menjadi korban aksi terorisme," ujarnya.

Dia menilai, menyediakan layanan perpesanan yang aman bagi semua orang  lebih tinggi manfaatnya daripada risikonya. Dan pihaknya bukannya tidak peduli dengan aksi teroris, beberapa kali Telegram sudah memblokir mereka dari layanannya.

"Kami berpikir menyediakan layanan privat yang aman seperti ini untuk 99,9% orang yang tak terkait terorisme lebih berarti daripada ancaman semacam itu," katanya.[]

#paveldurov   #telegram   #whatsapp

Share:




BACA JUGA
Meta Luncurkan Enkripsi End-to-End Default untuk Chats dan Calls di Messenger
Lindungi Percakapan Sensitif, WhatsApp Luncurkan Fitur Secret Code
Gunakan Bot Telekopye Telegram, Penjahat Siber Membuat Phishing Scams Skala Besar
Fitur Baru WhatsApp: Protect IP Address in Calls
Spyware CanesSpy Ditemukan dalam Versi WhatsApp Modifikasi