
Facebook | Foto: Cyberthreat/Faisal Hafis
Facebook | Foto: Cyberthreat/Faisal Hafis
Cyberthreat.id – Facebook menyatakan setuju untuk membayar sejumlah US$ 550 juta kepada pengguna platform di Illinois, Amerika Serikat. Gugatan ini menyangkut bahwa Facebook dinilai melakukan tindakan ilegal mengumpulkan dan menyimpan data biometrik jutaan pengguna tanpa persetujuan.
Hasil gugatan hukum (class action) tersebut dipublikasikan pada Rabu (29 Januari 2020) oleh firma hukum Edelson, Robbins Geller, dan Labaton Sucharow sebagai perwakilan dari pengguna yang mengajukan gugatan. Penyelesaian gugatan ini masuk rekor sejarah gugatan data privasi biometrik karena nilai uangnya yang dibayarkan begitu tinggi, tulis ZDNet, Kamis (30 Januari 2020).
Gugatan hukum (class action) tersebut diajukan pengguna pada 2015 ketika mereka menuding Facebook melanggar UU Privasi Informasi Biometrik Illinois (BIPA).
Facebook diduga mengumpulkan data biometrik tersebut melalui fitur “Tag Suggestions”, yang memungkinkan pengguna untuk mengenali teman Facebook-nya dari foto yang diunggah.
Illinois termasuk negara bagian yang paling ketat terkait dengan perlindungan data biometrik penduduknya. Sesuai dengan UU BIPA yang berlaku sejak 2008 itu, perusahaan yang mengumpulkan informasi biometrik harus mendapatkan persetujuan dari pemilik.
Regulasi tersebut juga memungkinkan warga negara, bukan hanya entitas pemerintah, untuk mengajukan gugatan hukum atas masalah privasi biometrik itu.
Regulasi juga mewajibkan perusahan untuk mengembangkan kebijakan tertulis yang menunjukkan bagaimana data dikumpulkan, tujuan pengumpulan tersebut, dan untuk menunjukkan kapan informasi akan dihapus, baik setelah tujuannya terpenuhi atau dalam waktu tiga tahun interaksi terakhir pengguna dengan organisasi.
Selain itu, menurut regulasi tersebut, harus ada persetujuan tertulis dari individu untuk penanda biometrik mereka yang dikumpulkan dan disimpan.
Pembayaran sebesar US$ 550 juta akan digunakan untuk kompensasi pengguna. Namun, Pengadilan Distrik yang memimpin kasus ini harus terlebih dahulu menyetujui perjanjian dan angkanya sebelum dana dapat dikucurkan secara resmi.
Sejauh ini, seperti diberitakan Chicago Tribune, belum ada detail mengenai siapa yang berhak mendapatkan bagian dari pembayaran tersebut. Termasuk, berapa banyak yang akan penggugat terima.
Vimeo
Facebook bukan satu-satunya perusahaan yang dicurigai melakukan praktik ilegal itu. Vimeo yang berbasis di Delaware juga dituding mengumpulkan dan menyimpan tanda biometrik yang diperoleh dari pengguna tanpa persetujuan tertulis yang jelas.
Pekan lalu, Clearview AI juga digugat karena perusahaan dituding telah “menjual” akses ke cetakan wajah biometrik kepada penegak hukum tanpa persetujuan. Lebih dari tiga miliar foto dikumpulkan oleh Clearview AI dari situs web, termasuk Facebook dan YouTube.
Google, Snapchat, dan situs berbagi foto Shutterfly juga menghadapi tuduhan yang melibatkan biometrik.
Banyak yang memilih untuk menyelesaikan gugatan hukum biometrik privasi, menurut informasi dari firma hukum Holland dan Knight. Jumlah penyelesaian berkisar US$ 80 per anggota dari kira-kira 4.000 anggota penggugat hingga US$ 1.300 dengan terdiri dari 300 anggota.
“Penyelesaian Facebook itu bersejarah,” kata Matthew Kugler, seorang profesor di Sekolah Hukum Universitas Pritzker di Northwestern.
“Tidak hanya soal pembayaran US$ 550 juta yang dijanjikan, tetapi Facebook adalah perusahaan yang semua orang menaruh perhatian padanya,” kata dia.
Sementara itu, "Kasus ini harus sebagai seruan kepada perusahaan, bahwa konsumen sangat peduli tentang hak privasi mereka dan, jika didorong, [pengguna] akan memperjuangkan hak-hak itu sampai ke Mahkamah Agung dan sampai mereka mendapat kompensasi yang adil," kata Paul Geller, kepala perlindungan konsumen pada firma hukum Robbins Geller.
Kepada CNET, Facebook mengatakan lebih memilih untuk menyelesaikan perselisihan karena "demi kepentingan terbaik komunitas kami dan pemegang saham kami untuk mengatasi masalah ini," ujar Facebook.[]
Share: