
Ilustrasi | Foto: lifewire.com
Ilustrasi | Foto: lifewire.com
Cyberthreat.id – Penelitian Insikt Group, perusahaan riset ancaman siber milik Recorded Future asal Boston, Amerika Serikat, menemukan operasi kejahatan siber yang menargetkan perusahaan energi besar di Eropa.
Menurut Insikt Group, operasi spionase siber itu dilakukan oleh kelompok peretas yang diduga memiliki keterkaitan dengan Iran. Sayangnya, peneliti tak menyebutkan perusahaan energi mana saja yang menjadi target.
Peneliti mendeteksi komunikasi perintah dan kontrol (C&C) antara server C&C dengan perusahaan korban dari akhir November 2019 hingga 5 Januari 2020.
Server C&C berkaitan dengan PupyRAT—Trojan dengan sumber terbuka—yang di masa lalu digunakan oleh beberapa kelompok aktor asal Iran, seperti APT33 dan Cobalt Gypsy, demikian seperti dikutip dari Infosecurity Magazine, Jumat (24 Januari 2020).
Peneliti menilai aktivitas tersebut kemungkinan besar karena hubungan AS dan Iran yang menegang menyusul tewasnya Jenderal Qassem Soleimani.
Qassem Soleimani adalah pemimpin pasukan elite Iran, Quds Force, yang tewas setelah diserang drone AS pada Jumat (3 Januari 2020) di dekat Bandara Irak.
Secara umum, RAT (Remote Access Trojan) adalah malware yang dalam setiap serangan menyertakan pintu belakang (backdoor) pada komputer atau jaringan target. Setelah menginfeksi perangkat korban, malware ini ditugaskan untuk aksi spionase dari perilaku target. Selain itu, mereka diperintahkan untuk memanen informasi rahasia yang dimiliki korban. RAT juga bisa mendistribusikan virus atau malware lain di perangkat korban.
Untuk melindungi diri dari RAT, seperti PupyRAT dan lain-lain, peneliti Insikt Group merekomendasikan sejumlah langkah yang perlu dilakukan perusahaan:
Redaktur: Andi Nugroho
Share: