IND | ENG
Cerita Pengadilan New Orleans Bangkit Usai Serangan Siber

Tanda di pintu gedung Pengadilan Kota New Orleans mengumumkan bahwa pengadilan ditutup dan bagi siapa pun yang masuk untuk tidak menyalakan komputer atau mencolokkan drive USB, Selasa, 17 Desember 2019. Kota ini masih berjuang untuk pulih setelah serangan siber | Foto: nola.com

Cerita Pengadilan New Orleans Bangkit Usai Serangan Siber
Tenri Gobel Diposting : Kamis, 23 Januari 2020 - 17:30 WIB

Cyberthreat.id - Pengadilan Kota New Orleans Municipal & Traffic Court di Amerika Serikat  yang terkena dampak serangan ransomware sebulan lalu, menyatakan telah beroperasi kembali pada Rabu, 22 Januari 2020 waktu setempat.

Hakim Administrasi Sean Early mengatakan serangan itu sebagai pukulan berat bagi lembaganya. Serangan siber itu, kata dia, telah melumpuhkan lembaganya, dan tidak bisa melayani publik.

Ia menambahkan, pengadilan sekarang memiliki tumpukan 3.500 kasus. “Setiap nomor kasus ada di komputer dan tidak ada kertas cadangan untuk itu.”

Namun akhirnya setelah sebulan lebih, staf sudah bisa menggunakan komputernya untuk kembali bekerja. Hakim meminta pada stafnya untuk melakukan pekerjaan yang tertumpuk itu. “Kami sudah meminta pegawai dan pekerja memindai barang-barang (kasus) itu,” kata Sean seperti dikutip Fox8, Rabu, 22 Januari 2020.

Pengacara Rhett Powers juga berusaha mengejar ketinggalan sejak terjadinya serangan. Banyak masyarakat setempat menghubunginya perihal pembayaran tiket denda (parkir dan lalu lintas).


Berita terkait:


Akibat serangan ransomware ini, Rhett harus menjadwalkan ulang beberapa tanggal persidangan yaitu kasus yang masuk antara 13 Desember dan 21 Januari 2020 yang pembayarannya jatuh tempo pada 28 Februari. Jika melewati tanggal itu, mereka akan dikenai denda.

“Kami belum mengeluarkan lampiran untuk penangkapan siapapun. Kami tidak mau. Kami ingin memberi orang waktu sekitar satu setengah bulan untuk datang dan menangani kasus mereka,”  kata Sean.

Warga kota New Orleans, Amira White dan Eric Etheredge menceritakan pengalamannya kepada Fox8 saat mereka mencoba membayar tiket pada hari Rabu tetapi masih belum bisa masuk ke sistem. “mereka tidak benar-benar memberikan alasan yang sah. Mereka hanya mengatakan tiketmu tidak ada,” kata Eric.

Sebelumnya diberitakan, pada 13 Desember 2019 jaringan komputer kota New Orleans diserang ransomware yang menyebabkan banyak layanan publik menjadi offline dan tidak bisa diakses.

Akibat serangan itu, Pemerintah kota New Orleans mengumumkan telah mengalami kerugian sebesar 7 juta USD (Rp 95,8 miliar). Walikota New Orleans, LaToya Cantrell, sempat mengumumkan keadaan darurat. Ransomware Ryuk diduga berada dibalik serangan itu.

Walikota sudah berjanji akan meningkatkan anggaran cybersecurity menjadi 10 juta USD (Rp 136,7 miliar) di tahun 2020. Dari kerugian 7 juta USD,  sekitar 3 juta USD (Rp 41 Miliar) akan diganti oleh asuransi cybersecurity. Seluruh divisi Pemkot juga diperintahkan untuk melakukan peningkatan sistem dan investasi keamanan siber.[]

Editor: Yuswardi A. Suud

#neworleans   #ramsomware   #ryuk   #keamanansiber

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata
Pentingnya Penetration Testing dalam Perlindungan Data Pelanggan