IND | ENG
Investor NSO Group Buka Suara Menyangkut Peretasan WhatsApp

WhatsApp. Foto: Cyberthreat.id | Andi Nugroho

Investor NSO Group Buka Suara Menyangkut Peretasan WhatsApp
Andi Nugroho Diposting : Kamis, 16 Mei 2019 - 18:05 WIB

London, Cyberthreat.id – Perusahaan asal Inggris, Novalpina Capital, salah satu pemilik saham di NSO Group, produsen spyware asal Israel, memastikan akan bersikap transparan kepada publik setelah produk NSO disebut-sebut dipakai untuk meretas WhatsApp.

Novalpina Capital memiliki saham cukup besar di NSO Group dengan nilai US$ 1 miliar. Perusahaan menyatakan, setelah kabar peretasan tersebut pihaknya akan mengevaluasi kembali tata kelola perusahaan.

Awal pekan ini, NSO Group membuat gempar seluruh dunia setelah Financial Times pada Selasa (14/5/2019) menurunkan laporan bahwa spyware buatan NSO bisa meretas WhatsApp.

Sehari sebelumnya, Facebook memang menyatakan bahwa para penggunanya diminta untuk mengunduh pembaruan di App Store dan Play Store karena internal perusahaan telah menemukan celah keamanan yang bisa dieksploitasi peretas. Kerentanan itu terletak pada buffer overflow VoIP WhatsApp. Facebook menyatakan bahwa peretas adalah aktor yang canggih, tanpa menyebutkan nama perusahaan.

Namun, sebagian besar publik, termasuk media mengarahkan matanya kepada NSO Group yang memiliki spyware bernama Pegasus. Pegasus ini bisa mengaktifkan kamera dan mikrofon pengguna, bahkan bisa membaca pesan dan file di dalam ponsel tersebut. Cara penyusupannya adalah peretas menelepon ponsel korban melalui panggilan WhatsApp, meski tidak diangkat oleh korban, malware itu sudah langsung terpasang. Dari situlah, peretas bisa mengendalikan jarak jauh ponsel korban.

Kritik terhadap NSO Group telah berlangsung sejak lama. Para aktivis menuding bahwa NSO telah menjual pegasus ke sejumlah pemerintah. Namun, NSO pun mengklaim bahwa teknologinya hanya dijual kepada pemerintah untuk tujuan memerangi kejahatan dan teror, bukan untuk memantau seseorang.

Novalpina, seperti dikutip dari Telegraph, yang diakses Kamis (16/5/2019), mengatkan, Pegasus tidak boleh digunakan untuk merusak privasi seseorang sebagaimana amanat Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.

“Kami bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa teknologi NSO digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan,” tulis Stephen Peel, pendiri Novalpina, dalam surat terbukanya kepada juru kampanye HAM.

Peel mengatakan, dirinya akan memastikan bahwa Pegasus tidak disalahgunakan dengan cara yang merusak HAM dan hal lain yang sama-sama mendasar.

Sebelumnya, seorang pengacara asal Inggris, yang tak mau disebutkan namanya, ikut melakukan gugatan terhadap NSO lantaran dirinya menjadi korban Pegasus. Ia mengatakan, pada Maret lalu serangkaian panggilan WhatsApp masuk ke ponselnya yang datang dari berbagai lokasi. Ia curiga panggilan itu adalah percobaan peretasan.

Ia pun meminta bantuan peneliti di Citizen Lab, Toronto, Amerika Serikat, sebuah pengawas internet. “Mereka mulai penyelidikan dan mereka juga mengontak ke WhatsApp […] Citizen Lab dapat memastikan bahwa telah ada upaya untuk menargetkan ponsel saya dengan Pegasus,” kata dia seperti dikutip dari The Time of Israel.

#whatsapp   #pegasus   #nsogroup

Share:




BACA JUGA
Meta Luncurkan Enkripsi End-to-End Default untuk Chats dan Calls di Messenger
Lindungi Percakapan Sensitif, WhatsApp Luncurkan Fitur Secret Code
Fitur Baru WhatsApp: Protect IP Address in Calls
Spyware CanesSpy Ditemukan dalam Versi WhatsApp Modifikasi
Penipuan Via WhatsApp, Nama Wamenkominfo Dicatut