Cyberthreat.id - Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan pemerintah telah mendapat laporan tentang adanya serangan siber yang menyasar perusahaan besar negara itu, Mitsubishi Electric. Menurutnya, tidak ada informasi sensitif yang bocor keluar setelah serangan yang terdeteksi pada Juni 2019 itu.

Yoshihide Suga mengatakan bahwa informasi yang ditargetkan berkaitan dengan pelamar kerja dan karyawan perusahaan, serta penjualan dan teknologinya.

"Mereka telah mengkonfirmasi tidak ada kebocoran informasi sensitif mengenai peralatan pertahanan dan listrik," kata Suga, dikutip dari nikkei.com, Senin, 20 Januari 2020.

Mitsubishi Electric telah merilis sebuah pernyataan yang mengatakan, "Kami sangat meminta maaf karena telah menimbulkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan yang besar."

Mitsubishi Electric telah menjadi produsen utama di bidang pertahanan, dan memiliki kontrak ketiga terbesar untuk peralatan pertahanan utama di Kementerian Pertahanan pada tahun fiskal 2018. Perusahaan ini juga terlibat dalam bisnis keamanan siber.

Sebagai pemain kunci dalam industri infrastruktur dan pertahanan Jepang, menurut laporan Nikkei, raksasa elektronik itu mengatakan bahwa di antara informasi yang berpotensi bocor adalah pertukaran email dengan Kementerian Pertahanan dan Otoritas Peraturan Nuklir serta dokumen yang berkaitan dengan proyek bersama perusahaan swasta, termasuk utilitas, operator kereta api, komunikasi dan pembuat mobil.

Dikatakan, bagaimanapun, bahwa tidak ada informasi yang sangat sensitif mengenai operasi infrastruktur yang dicuri.

Pada Juni tahun lalu, perusahaan itu melihat aktivitas tidak biasa pada perangkat yang berlokasi di Jepang, dan melakukan penyelidikan internal. Hasilnya, ditemukan akses tidak sah ke bagian manajemen di kantor pusat dan di tempat lain.

Kelompok cybercrime Cina diduga melakukan akses tidak sah ke komputer dan server pribadi, sebut laporan itu.[]