Cyberthreat.id - Perkembangan dunia teknologi telah menyebabkan perubahan prilaku manusia. Salah satunya adalah sistem pembayaran. Sejak beberapa tahun terakhir, muncul istilah e-wallet atau dompet digital. Secara umum, dompet digital bisa disebut sebagai aplikasi elektronik yang digunakan untuk transaksi online melalui smartphone. Di sini, penggunanya bisa menyimpan sejumlah uang dengan mengisi saldo (bisa dari transfrer bank) setelah sebelumnya membuat sebuah akun yang dilindungi dengan kata sandi atau password. 

The Economic Times menyebut dompet digital sebagai jenis akun prabayar yang dilindungi dengan kata sandi dimana pengguna dapat menyimpan uang, lalu menggunakannya untuk setiap transaksi online, seperti membayar makanan, belanja online atau membayar tiket penerbangan. 

Ada dua komponen utama yang diperlukan untuk dompet digital: perangkat lunak (aplikasi) dan informasi. Perangkat lunak menyimpan informasi pribadi dan diamankan dengan enkripsi data. Yang harus dilakukan penggunakan adalah menginstal aplikasi pada smartphone dan memasukan informasi yang diminta untuk disimpan di database.

Di Indonesia, sejumlah perusahaan mulai masuk ke ceruk bisnis ini. Dibandingkan transaksi perbankan, penggunaan dompet digital dinilai lebih memudahkan sebab pemindahan saldo bisa langsung dilakukan antara satu pemilik dompet digital ke pemilik lain. Ya, semudah mengirim surat dari Indonesia ke seseorang di Inggris lewat email. 

Data Bank Indonesia mencatat, hingga Agustus 2019 sudah ada 38 penyedia dompet digital yang mendapat lisensi resmi. Pada 2018, transaksi menggunakan dompet digital mencapai US$ 1,5 miliara dan diprediksi melompat tajam menjadi US$ 25 miliar pada 2023.

Baru-baru ini, lembaga DSResearch merilis laporan tahunan tentang perkembangan fintech di Indonesia pada 2019. Laporan itu diberi judul “Moving Towards a New Era in Indonesia’s Financial Industry.” 

Laporan itu memunculkan tren yang muncul dalam ekosistem fintech Indonesia sekaligus meneropong dompet digital apa saja yang paling banyak digunakan di Indonesia. Riset dilakukan dengan melibatkan 651 responden dari seluruh Indonesia yang menggunakan lebih dari satu dompet digital.

Berikut adalah 10 besar dompet digital di Indonesia berdasarkan jumlah penggunanya. 

1. Gopay 
Hadir sejak 2016, Gopay menjadi aplikasi dompet digital yang terbanyak digunakan oleh penduduk Indonesia dengan persentase pengguna sebanyak 83,3 persen dari total responden yang disurvei. 

2. OVO
Posisi kedua ditempati OVO dengan presentase pengguna sebanyak 81,4 persen.

3. DANA 
Dompet digital dana berada di posisi ketiga dengan presentase pengguna sebanyak 68,2 persen.

4. LinkAja 
Pemerintah pun tak mau ketinggalan dalam menyediakan aplikasi dompet digital dengan menghadirkan LinkAja. Aplikasi plat merah ini menempati posisi keempat  dengan presentase pengguna sebanyak 53 persen. 

LinkAja adalah gabungan dompet digital dari sejumlah BUMN yaitu T-Cash milik Telkomsel, Mandiri e-cash milik Bank Mandiri, UnikQu milik BNI, T-Money milik Telkom dan T-Bank milik BRI. Penggabungan itu dilakukan sejak 30 Juni 2019. 

5. Doku 
Di urutan kelima, ada Doku dengan persentara pengguna sebesar 19,7 persen. 

6. Jenius 
Jenius menempati urutan keenam dengan presentase pengguna 16,7 persen 

7. Paytren
Paytren berada di urutan ke tujuh dengan pengguna sebanyak 13,2 persen 

8. iSaku 
Aplikasi ini dipakai oleh 12,1 persen responden 

9. Sakuku 
Sebanyak 103 persen responden mengaku menggunakan Sakuku 

10. Uangku 
Aplikasi uangku berada di urutan paling bontot dengan jumlah pengguna sebesar 6,3 persen