
Ilustrasi.
Ilustrasi.
Cyberthreat.id - Bayangkan kejadian ini menimpamu. Suatu hari, kamu harus mengakses file skripsi, dokumen kantor, atau foto-foto kenangan bersama orang terdekat yang tersimpan dalam komputer milikmu. Namun, alangkah kagetnya kamu lantaran file-file itu tak bisa dibuka. Yang muncul justru sebuah pesan yang meminta kamu mengirimkan sejumlah uang kepada seseorang.
Deg! Kamu pun merasa frustasi. Langit seakan runtuh. Apalagi, data-data itu bisa jadi menentukan kelulusan kamu, atau penunjang kenaikan karir di kantor. Namun apa lacur, kini data-data itu tak bisa lagi diakses, kecuali kamu membayarkan uang tebusan sejumlah yang diminta. Sejumlah pakar memang mengatakan bisa saja kamu melakukan recovery data sendiri lewat software antivirus. Namun, biasanya biayanya bisa lebih mahal dibanding membayar uang tebusan.
Kamu pun kemudian berpikir, apa sesungguhnya yang menimpa data-data kamu? Gotcha! Tiba-tiba kamu teringat semalam sebelum mematikan komputer dan memutuskan jaringan internet, kamu sempat meng-klik sebuah tautan yang dikirim seseorang yang tak kamu kenal ke email kamu. Barangkali kamu tertarik mengklik-nya lantaran diiming-imingi sesuatu. Gotha! Di situlah letak masalahnya. Kamu terkena jebatan batman phising email! Dari sanalah ransomware jahat menjadi pintu masuk ke komputer tempa kamu menyimpan data-data penting.
Ya, dalam banyak kasus, penyebaran ransomware dilakukan lewat email phising. Sekali tautannya diklik, maka komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet secara otomatis akan mengunduh ransomware dan menghubungi server command and control sesuai arahan hacker bersangkutan. Walhasil, data pengguna pun tersandera.
Nah, berikut adalah sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah data-datamu disandera oleh si peminta ransom alias tebusan itu.
1. Jangan sembarangan klik tautan
Email hanya salah satu medium yang dipakai untuk menyebarkan ransomware. Di era sosial media sekarang, link-link jahat berisi jebakan ransomware itu bisa disebar lewat sosial media semacam Facebook atau Twitter. Karena itu, sebelum mengklik sebuah tautan, cek terlebih dahulu apakah link tersebut aman atau tidak. Jika terasa asing bagi kamu, jangan ragu untuk menghapusnya. Apalagi jika email tersebut melampirkan file berbentuk .exe, atau .scr, maka waspadalah, bisa jadi seseorang di luar sana sedang mengincar datamu untuk dijadikan alat memeras.
2. Pakailah sistem operasi asli
Menggunakan sistem operasi Windows yang asli, berarti meminimalisir kemungkinan komputermu terinfeksi. Sebab, sistem operasi bajakan dalam banyak kasus disisipi trojan atau program-program tertentu yang berbahaya bagi keselamatan data.
3. Gunakan antimalware terupdate
Mengaktifkan antimalware yang berjalan secara otomatis saat komputer dihidupkan adalah sebuah keharusan. Jangan lupa, pastikan programnya versi terbaru Sebab, seringkali perusahaan penyedia antimalware melakukan perbaikan-perbaikan seperti menutupi celah (bug) pada versi sebelumnya yang bisa celah itu dimanfaatkan oleh hacker.
4. Rajin-rajin back up data
Back up alias mencadangkan data secara berkala adalah sebuah keharusan. Jika sewaktu-waktu datamu bermasalah, masih ada data cadangan yang bisa diakses. Usahakan menggunakan beberapa metode backup sekaligus, idealnya secara online dan offline. Secara online, cadangan data bisa disimpan di cloud storage semacam Dropbox atau Google Drive. Jangan lupa, ganti pasword secara berkala.
Adapun secara offline, penting untuk memiliki sebuah eksternal hard disk atau hard disk portable. Setelah data selesai dicopi, simpanlah di tempat yang aman. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu data di komputermu disandera, kamu masih punya cadangannya.
5. Matikan Fasilitas Macro pada Aplikasi Office
Fasilitas macro pada Microsoft Word atau Excel dalam beberapa kasus dapat dimanfaatkan oleh hacker untuk menjalankan script macro berbahaya. Karena itu, jika tak pernah digunakan, sebaiknya fasilitas ini dimatikan saja.
Sebagai tambahan, ada baiknya juga menyimak enam tips dari Microsoft yang disampaikan baru-baru ini.
Share: