
Ilustrasi | FREEPIK.COM
Ilustrasi | FREEPIK.COM
Jakarta, Cyberthreat.id – Cyberthreat.id kembali melakukan pencarian para penjual data pribadi di Internet, Selasa (14/5/2019). Salah satu yang berhasil dikontak adalah seorang reseller data pribadi nasabah perbankan yang aktif berjualan di Kaskus, sebuah forum komunitas di dunia maya.
Dari penjual yang tak ingin disebutkan namanya tersebut terungkap bahwa data-data pribadi yang dijualbelikan tersebut berasal dari oknum pegawai bank dan pemasaran alih daya (outsourcing) bank itu sendiri.
Berita Terkait:
Menurut dia, data nasabah pemegang kartu kredit biasanya didapat dari bagian pemasaran bank, sedangkan data nasabah dipasok oleh oknum pegawai bank itu sendiri. Ia enggan menyebutkan bank-bank mana saja yang memasok data tersebut.
“Ada yang dapat dari sales bank, ada yang dapat dari orang dalam bank. Cuman banknya saya tidak bisa kasih tahu,” ujar dia.
Ia sendiri mengaku mendapatkan data dari berbagai pihak; ada yang dibeli seorang agen, lalu ia menjualnya kembali. Tak hanya itu, ia seringkali bertukar data dengan sesama reseller.
“Kalau data yang saya punya itu campur, ada yang beli di orang yang jual database, ada juga yang dari tukeran sesama agen,” kata dia. Ketika Cyberthreat.id menanyakan siapa agen utama atau distributor database itu, ia tak mau terus terang.
Sumber tersebut mengaku telah aktif di Kaskus sejak Agustus 2018 dan mulai berjualan data pribadi nasabah perbankan sejak 22 Agustus 2018. Ia pertama kali menjual data 100.000 orang seharga Rp 400.000, selanjutnya pada transaksi kedua ia menjual data kualitas bagus pada 12 Desember 2018 senilai Rp 1 juta.
Dalam iklannya, ia menjamin data miliknya valid dan bergaransi, artinya jika ada data yang salah, akan diganti yang lebih baru. Ia juga mencantumkan nomor telepon selulernya untukk memudahkan transaksi data yang tergolong aktivitas ilegal tersebut.
Ia malah menawari Cyberthreat.id berbisnis penjualan data karena penghasilannya cukup menjanjikan dan banyak peminatnya. Peminatnya sendiri berasal dari sektor perbankan, otomotif, dan properti.
Ketika disinggung soal ancaman pelanggaran hukum, ia tak begitu meresahkan. Ia mengaku hanya sekadar reseller, bukan pembeli langsung data tersebut. “Jadi, mungkin yang kena (hukuman) adalah distributor dan bank itu sendiri,” kata dia.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: