IND | ENG
Riwayat TikTok, Aplikasi China yang Bikin Amerika Waswas

Salah satu seleb Tiktok Indonesia | Foto via Google

Riwayat TikTok, Aplikasi China yang Bikin Amerika Waswas
Yuswardi A. Suud Diposting : Senin, 06 Januari 2020 - 13:15 WIB

Cyberthreat.id - Otoritas Amerika Serikat baru-baru ini melarang tentaranya menggunakan aplikasi video pendek TikTok. Pelarangan dilakukan lantaran Amerika waswas aplikasi besutan perusahaan China itu dipakai untuk memata-matai aktivitas militer mereka.

Juru bicara militer AS Letnan Kolonel Robin L. Ochoa kepada awak media setempat mengatakan pihaknya mengidentifikasi bahwa TikTok memiliki potensi risiko keamanan bagi penggunanya.

Keputusan itu diambil setelah sebelumnya dua anggota Senat dari New York dan Arkansas menyurati Direktur Intelijen Nasional Amerika. Dalam suratnya, kedua senator itu menyerukan investigasi terhadap risiko keamanan aplikasi besutan perusahaan China itu.

“Ketentuan layanan dan kebijakan privasi TikTok menggambarkan bagaimana ia mengumpulkan data dari penggunanya dan perangkat mereka, termasuk konten dan komunikasi pengguna, alamat IP, data terkait lokasi, pengidentifikasi perangkat, cookie, metadata, dan informasi pribadi sensitif lainnya,” tulis mereka, dikutip dari washingtonexaminer.com baru-baru ini.  

Manajemen TikTok telah membantah tudingan itu dan mengatakan tidak mengirimkan data penggunanya ke Pemerintah China.

Di Amerika Serikat sendiri, sebuah laporan menyebutkan aplikasi itu dipakai oleh sekitar 26 juta orang. Pada Januari 2019, sebuah laporan menyebutkan TikTok mencatatkan diri sebagai aplikasi non-game nomor satu yang dipakai warga AS. Pada kurun waktu yang sama, Tiktok menduduki peringkat ketiga secara gobal sebagai aplikasi terbanyak diinstal dari Play Store milik Google dan App Store-nya Apple mengalahkan dominasi Facecbook dan Instagram.    

Diluncurkan oleh perusahaan ByteDance di Beijing pada September 2016, popularitas TikTok langsung melesat cepat.  Pada kuartal pertama 2018, penggunanya sudah mencapai 45,8 juta orang. Jumlah itu terus menanjak. Penggunanya berasal dari dari seluruh dunia. Pada Maret 2019, TikTok mencetak sejarah baru: diunduh lebih dari 1 miliar kali.

Keberhasilan TikTok merebut pasar anak muda disinyalir lantaran aplikasi ini menyediakan video pendek yang berdurasi di bawah dua menit. Video itu biasanya dikemas dengan musik dan efek khusus. Lalu, para penggunanya dapat berkreasi menampilkan diri mereka dalam berbagai gaya dengan latar video tersebut.  Maka jadilah video pendek yang menampilkan penggunanya dengan berbagai gaya, dari yang terkesan serius hingga berbau konyol.  

Pendirinya, Zhang Yiming mengatakan sejak awal TikTok menargetkan anak muda sebagai pengguna potensialnya. Yiming adalah salah satu anak muda terkaya di China. Pada 2013, majalah Forbes memasukkannya dalam daftar 30 orang terkaya China dalam usia di bawah 30 tahun.

Di Indonesia, Tiktok resmi diluncurkan pada September 2017. Namun, tak sampai setahun berselang, pemerintah sempat memblokirnya. Bukan lantaran persoalan keamanan dan privasi seperti yang dikuatirkan tentara Amerika, melainkan karena adanya konten negatif yang berbau pornografi. Pemblokiran itju terjadi selama seminggu sejak 3 Juli hingga 10 Juli 2018. Pemerintah lewat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akhirnya kembali membolehkan aplikasi itu digunakan oleh anak muda Indonesia setelah berjanji menghapus konten negatif di platform mereka.

Seturut kehadiran TikTok, muncul pula istilah Seleb Tiktok, layaknya sebutan selebgram untuk mereka yang populer di Instagram. Salah satu seleb TikTok yang terkenal adalah Prabowo Mondardo, siswa sebuah SMP di Tangerang Selatan pemilik akun Bowoo_Outt_Siders yang punya lebih dari 840 ribu fans. Saking populernya Bowo, penggemarnya rela membayar sebusar Rp80 ribu untuk hadir dalam jumpa fans dengan remaja berusia 14 tahun itu.[]

#tiktok   #amerika   #china   #keamanansiber   #cybersecurity

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata
Peretas China Beroperasi Tanpa Terdeteksi di Infrastruktur Kritis AS selama Setengah Dekade