IND | ENG
AI, Biometrik, Face Recognition Bikin Operasi CIA Krisis

Ilustrasi

AI, Biometrik, Face Recognition Bikin Operasi CIA Krisis
Arif Rahman Diposting : Sabtu, 04 Januari 2020 - 11:59 WIB

Cyberthreat.id - Era keterbukaan dan arus informasi menjadikan pekerjaan sebagai mata-mata tak diperlukan lagi. Beberapa pemerintahan dan negara tidak lagi melihat perlunya mengikuti petugas CIA yang memata-matai karena teknologi pengawasan dan pengintaian sudah sangat maju dan menggantikan semuanya.

Teknologi pengenalan wajah (facial recognition) di bandara dan pengawasan CCTV dimana-mana di berbagai negara menjadikan semua orang lebih mudah dilacak.

Dilansir Daily Mail, Badan intelijen Amerika Serikat CIA tengah menghadapi krisis yang terus berkembang karena perkembangan teknologi membuat organisasinya semakin sulit untuk menyembunyikan operasi.

Para pejabat di lingkungan CIA mengatakan upaya untuk melawan tantangan di era digital dengan jejak digital, kemajuan dalam Biometrik dan kecerdasan buatan (AI) terus menjadi prioritas.

Pekan terakhir 2019, Pentagon memerintahkan semua personel militer untuk berhenti menggunakan alat tes DNA konsumen karena alasan keamanan. Kemajuan teknologi menjadikan pejabat intelijen di seluruh dunia sekarang bersembunyi tetapi menggunakan identitas asli mereka.

Dalam sebuah upaya untuk mengatasi krisis, CIA menciptakan program bernilai jutaan dolar yang disebut Station of the Future sebagaimana pernah diberitakan Yahoo News.

Program ini, yang pernah dijalankan selama satu dekade terakhir, kehabisan fasilitas diplomatik di Amerika Latin dan melibatkan tim mata-mata yang mencoba membangun alat dan teknik pengujian yang dapat membantu industri mata-mata memerangi era digital.

Program itu akhirnya mati karena resistensi birokrasi dan masalah keuangan. Station of the Future hanyalah salah satu dari beberapa program yang dipimpin FBI dan CIA yang dibuat untuk mencoba dan mengatasi ancaman digital terhadap mata-mata.

Duyane Norman, mantan pejabat CIA dan otak di balik program Station of the Future, mengatakan "fondasi bisnis spionase telah hancur".

"Kami belum mengakuinya secara organisasi di dalam tubuh CIA, dan beberapa masih menyangkal. Debatnya seperti debat seputar perubahan iklim. Siapa pun yang mengatakan sebaliknya tidak melihat berdasarkan fakta," ujar Norman.

Data Biometrik dan kemajuan dalam teknologi pengawasan membuat hampir mustahil bagi agen untuk bersembunyi atau beroperasi diam-diam. Ledakan biometrik, termasuk pengenalan wajah dan sidik jari, akan menimbulkan risiko besar bagi industri mata-mata.

Kemajuan dalam data biometrik di bandara, serta penyeberangan perbatasan, sehingga hampir mustahil bagi mata-mata untuk memiliki lebih dari satu identitas dalam satu negara.

Pencurian database Biometrik telah menjadi prioritas utama bagi para pejabat intelijen mengingat betapa mudahnya mengekspos agen asing yang menyamar.

"Sekarang sangat sulit untuk menjalankan operasi perlindungan ketika begitu banyak yang diketahui dan semua informasi dapat diketahui dengan mudah. Dunia saat ini terlalu digital dan semuanya bisa dilacak," kata seorang mantan pejabat intelijen.

#Ai   #Spyware   #facerecognition   #biometrik   #bigdata   #analytics   #cloud   #cia   #mata-mata   #keamananinformasi   #literasidigital   #cctv   #sidikjari   #dna

Share:




BACA JUGA
Demokratisasi AI dan Privasi
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
Wamenkominfo Apresiasi Kolaborasi Tingkatkan Kapasitas Talenta AI Aceh
Microsoft Merilis PyRIT - Alat Red Teaming untuk AI Generatif
Utusan Setjen PBB: Indonesia Berpotensi jadi Episentrum Pengembangan AI Kawasan ASEAN