
Direktur Eksekutif AKKI Steve Martha mengakui sebetulnya telah sejak lama mendengar penjualan data nasabah kartu kredit di internet.
Direktur Eksekutif AKKI Steve Martha mengakui sebetulnya telah sejak lama mendengar penjualan data nasabah kartu kredit di internet.
Jakarta, Cyberthreat.id – Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) angkat bicara menyangkut penjualan data pribadi nasabah kartu kredit di internet.
Direktur Eksekutif AKKI Steve Martha mengakui telah sejak lama mendengar penjualan data nasabah kartu kredit di internet. Ia juga mengaku heran mengapa data nasabah bisa bocor ke publik dan diperjualbelikan secara gampang di internet.
“Kami masih belum tahu siapa yang bertanggung jawab soal penyebaran data nasabah ini,” ujar Steve ketika dihubungi Cyberthreat.id , Senin (13/5/2019).
Salah satu situs web yang menjual data nasabah, yaitu www.temanmarketing.com. Ketika berbincang dengan Cyberthreat.id, admin situs web tersebut mengaku mendapatkan data valid 100 persen karena berasal dari sumber tepercaya, salah satunya juga dari nasabah bank.
Temanmarketing.com menjual data nasabah itu bervariasi. Harga termurah yang ditawarkan seharga Rp 350 ribu dengan jumlah 1.000 data nasabah, sedangkan termahal Rp 5 juta dengan 1 juta data nasabah.
Berita Terkait:
Menurut Steve, ada dua dugaan besar menyangkut penjualan data nasabah tersebut. Dugaan pertama, bisa dilakukan secara sengaja oleh oknum karyawan perusahaan bank yang bersangkutan. Oknum tersebut sengaja menjual atau memberikan informasi itu pada seseorang dan data tersebut diterima pihak lain untuk dijual.
Dugaan kedua, kebocoran data tersebut dilakukan oleh bagian pemasaran (marketing) bank yang bersangkutan. Sebab, kata Steve, pemasaran kartu kredit umumnya dipegang oleh petugas alih daya (outsourcing). Menurut Steve, bisa saja mereka saling tukar data nasabah di lapangan dan ada pihak yang menadah atau mengumpulkannya.
“Jika yang melakukan penjualan adalah pegawai bank, tentu itu tindakan melanggar hukum,” kata Steve. Jika terbukti ada pegawai bank melakukan itu, kata dia, bank tersebut akan menerima sanksi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“(Sebab pegawai) dari bank sendiri tidak ada yang boleh dan pernah memberikan data milik nasabahnya, karena itu suatu rahasia,” Steve menegaskan.
Bagaimana jika yang melakukan bagian pemasaran alih daya? Siapa yang memberi sanksi?
Steve menjelaskan, bank-bank yang bersangkutan tidak bisa memberi sanksi terhadap pegawai pemasaran tersebut karena belum ada aturan yang mengatur soal penyebaran data pribadi oleh perseroangan.
Akan tetapi, dalam hal tersebut, ia menekankan bank tetap sebagai institusi yang dimintai pertanggungjawaban.
Asosiasi, kata Steve, tak bisa berbuat apa-apa terhadap data nasabah karena asosiasi sebatas sebagai tempat diskusi dan berbagi antaranggota.
AKKI saat ini beranggotakan 24 institusi penerbit kartu kredit dengan total jumlah pemegang kartu lebih dari 17 juta (berdasarkan data April 2019) yang bekerja sama dengan lebih dari 450 ribu merchant. AKKI merupakan wadah untuk menunjang kelengkapan dalam melakukan bisnis kartu kredit di Indonesia, demikian keterangan dalam situs webnya.
Steve mengatakan, asosiasi selalu mendorong anggotanya untuk patuh pada aturan soal kerahasiaan data nasabah yang telah dibuat oleh OJK.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: