
Ilustrasi. Foto: davichi.com.au
Ilustrasi. Foto: davichi.com.au
Jakarta, Cyberthreat.id – Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Dody Dalimunthe, mengatakan, produk asuransi siber di Indonesia masih belum banyak diminati baik instansi pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta.
Padahal, saat ini perusahaan-perusahaan telah menggunakan teknologi penyimpanan berbasis cloud dan kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) sehingga ancaman siber terhadap perusahaan lebih besar karena penggunaan teknologi tersebut.
“Produk asuransi siber saat ini masih sedikit. Mungkin Karena banyak yang belum paham,” kata Dody saat dihubungi Cyberthreat.id melalui pesan WhatsApp,” kata Dody, Jumat (10/5/2019).
Menurut Dody, saat ini yang menggunakan produk asuransi siber kebanyakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, telekomunikasi, dan transportasi. Namun, kata dia, tidak menutup kemungkinan individu yang memiliki risiko peretasan juga akan menggunakan produk asuransi siber.
“Kalau saja pelaku bisnis paham bahwa risiko siber berdampak keuangan sangat besar bagi kelangsungan usahanya, mereka akan membeli produk asuransi siber,” tutur Dody.
“Setahu saya instansi pemerintah kita belum ada yang memakasi asuransi ini, padahal di negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat banyak perusahaan dan instansi menggunakan produk asuransi siber,” dia menambahkan.
Dody menjelaskan, asuransi siber (cyber risk insurance) adalah proteksi atau jaminan yang diberikan oleh perusahaan asuransi dari risiko kerugian atas aktivitas di dunia maya dari kliennya.
“Pada dasarnya asuransi siber menjamin kerugian-kerugian yang langsung diderita tertanggung atau tuntutan pihak ketiga yang mengalami kerugian atas aktivitas dunia maya dari tertanggung,” ujar dia.
Beberapa hal yang bisa ditanggung perusahaan asuransi siber, yaitu menyangkut kerugian atas peretasan, kehilangan data perusahaan atau konsumen, biaya kegiatan manajemen krisis, pemerasan siber, kehilangan aset digital, biaya gangguan bisnis, dan kewajiban administratif (denda, biaya monitoring, dan pemulihan reputasi).
“Itulah mengapa penting menggunakan asuransi siber untuk menutupi risiko kerugian yang dialami perusahaan akibat aktivitas dunia maya,” kata dia.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: