IND | ENG
Twitter Sikat 166 Ribu Akun Penyebar Konten Terorisme

Twitter. | Foto: reuters

Twitter Sikat 166 Ribu Akun Penyebar Konten Terorisme
Nemo Ikram | Reuters Diposting : Jumat, 10 Mei 2019 - 12:14 WIB

San Fransisco, Cyberthreat.id - Twitter membuat kemajuan dalam menangani konten terorisme online di platformnya karena telah nonaktifkan lebih dari 166.000 akun pada paruh kedua tahun lalu, sekitar seperlima kurang dari pada periode sebelumnya. Pernyataan ini disampaikan Twitter pada pada Kamis (9 Mei).

Bersama Facebook dan Google, Twitter berada di bawah tekanan dari regulator dan pemerintah di seluruh dunia untuk menghapus konten ekstremis lebih cepat atau menghadapi undang-undang yang lebih berat.

Mengumumkan laporan transparansi terakhirnya, Twitter mengatakan alat teknisnya telah membuahkan hasil, dengan 91 persen akun yang menyebarkan konten terorisme di-suspend secara proaktif oleh teknologi internal, yang sebagian besar terjadi sebelum tweet pertama mereka karena data yang digunakan untuk mengaturnya dinaikkan menjadi bendera merah.

Twitter menangguhkan 166.153 akun antara Juli dan Desember lalu karena menyebarkan konten terorisme, turun 19 persen dari 205.156 akun yang ditangguhkan dalam enam bulan sebelumnya.

"Penurunan tajam ini merupakan indikasi tren yang lebih besar yang sekarang kita amati - dari tahun ke tahun jumlah organisasi teroris yang mencoba menggunakan layanan kami berkurang," Sinead McSweeney, wakil presiden Twitter untuk kebijakan publik mengatakan dalam sebuah pernyataan.

“Ini dapat dikaitkan dengan pendekatan teknis yang kuat yang telah kami tingkatkan selama bertahun-tahun. Kami didorong oleh metrik ini tetapi akan tetap waspada,” katanya.[]

#twitter   #spam   #sampah   #terorisme

Share:




BACA JUGA
Ada Bot Spam di Akun X Cawapres Mahfud
Google Luncurkan RETVec - Pertahanan Baru Gmail Terhadap Spam dan Email Berbahaya
Ganggu Sistem Rumah Sakit, Aktivitas Hacker Sangat Meresahkan
Banyak Penipu dengan Centang Biru di (Twitter) X
Meta Hapus Ribuan Akun yang Terlibat Operasi Disinformasi dari Tiongkok dan Rusia