
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian saat memberi sambutan dalam diskusi bersama yang digelar BSSN di Jakarta, Rabu (4 Desember 2019). | Foto: Faisal Hafis/Cyberthreat.id
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian saat memberi sambutan dalam diskusi bersama yang digelar BSSN di Jakarta, Rabu (4 Desember 2019). | Foto: Faisal Hafis/Cyberthreat.id
Cyberthreat.id - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian mengatakan, sumber daya manusia (SDM) adalah kunci pengembangan teknologi siber dan mewujudkan keamanan siber. BSSN, kata dia, hadir untuk melindungi bangsa Indonesia terkait dengan ruang siber. Terutama di bidang infrastruktur kritikal di Indonesia.
"Sistem elektronik yang tersambung dengan Internet itu membentuk ruang siber, maka semua infrastruktur yang tersambung ini harus aman. Kita (BSSN) sedang dan akan terus berkembang dalam melindungi Indonesia di ruang siber ini," kata Hinsa Siburian saat membuka media gathering bersama wartawan di Jakarta, Rabu (3 Desember 2019).
BSSN, ujar dia, harus meninjau dan meyakinkan proses infrastruktur tersebut itu aman dari ancaman maupun serangan siber yang ditujukan ke Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta serangan pertahun. Selain itu, BSSN juga sedang dalam proses membangun untuk menghadapi ancaman siber ini.
"Ini (SDM di bidang siber) sedang kami bangun. Kita punya Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) dan akan kita kembangkan menjadi Politeknik Siber," ujar Hinsa.
Hinsa menuturkan, SDM merupakan kunci bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan teknologinya maupun keamanan sibernya. Dan melalui SDM yang tersedia BSSN akan kembangkan lagi menjadi Research dan Development (R&D atau Litbang).
"Karena kalau tidak (membangun SDM) kita akan tertinggal dengan negara yang sudah maju di bidang teknologinya. Karena, perkembangan teknologi itu sangat cepat."
Hinsa juga mengacu kepada Global Cybersecurity Index yang menjadi acuan peringkat sebuah negara dalam keamanan siber. Indonesia, kata dia, telah mengalami peningkatan untuk indeks tersebut.
"Dulu kita di GCI berada di peringkat 70, tetapi sekarang kita naik peringkat ke 41 secara global. Dan di ASEAN kita ada di nomor 4," tambah Hinsa.
Hal ini, kata dia, tak lepas dari peran BSSN untuk menjaga dan melindungi Indonesia dari ancaman dan serangan siber di Indonesia. Disamping itu, BSSN juga telah berkoordinasi dengan negara-negara yang teknologi dan keamanan sibernya sudah maju.
"Sudah banyak MoU dan kerjasama yang kita lakukan dengan beberapa negara yang maju di bidang kamsibernya seperti China dan Amerika. Karena, siber ini tidak mengenal darat, laut dan udara maka diperlukan adanya kolaborasi."
"Tetapi, kita menganut konsep Indonesia yang 'Bebas Aktif'. Selama hal tersebut menguntungkan Indonesia pasti kita lakukan, tapi untuk produk nanti dulu, karena sudah banyak aplikasi yang dikembangkan dan diciptakan anak bangsa yang mungkin lebih canggih."
Share: