IND | ENG
Ini Tiga Isu Utama Adopsi Teknologi 5G di Indonesia

Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo, Ismail | Foto : Cyberthreat.id/Eman Sulaeman

Ini Tiga Isu Utama Adopsi Teknologi 5G di Indonesia
Eman Sulaeman Diposting : Senin, 02 Desember 2019 - 15:56 WIB

Jakarta,Cyberthreat.id-Kehadiran teknologi 5G (generasi kelima) menjadi isu utama bagi operator telekomunikasi belakangan ini. Bahkan, jaringan 5G menjadi isu primadona bagi operator telekomunikasi global. Setiap negara berusaha mengadopsi teknologi 5G sesuai dengan kondisi negara masing-masing.

Di Indonesia, sejumlah operator telekomunikasi telah melakukan uji coba teknologi 5G. Namun, saat ini, masih terkendala penetuan band frekuensi yang cocok untuk teknologi ini.

Pihak regulator masih melakukan simulasi dan menawarkan sejumlah opsi penempatan band frekuensi yang cocok untuk teknologi 5G. Namun, yang pasti, cepat atau lambat, teknologi 5G pasti akan direaslisasikan di Indonesia.

Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Dirjen SDPPI Kemkominfo) Ismail, mengatakan, terdapat tiga isu utama yang harus diperhatikan operator telekomunikasi dalam menggelar teknologi 5G, yaitu adopsi teknologi Internet of Things (IoT), biaya, dan konten.

“5G ini kan, persoalan konektivitas saja. Tetapi kalau sudah ada konektivitas, tetapi ujung-ujungnya kita pakai aplikasi asing semua kan disayangkan.  Jadi, saya pikir ada tiga isu poenting yang harus di adress oleh industri, yaitu adopsi IoT, pertimbangan biaya, dan juga konten,” kata Ismail dalam  acara Telco Outlook 2020 Selular Business di Jakarta, Senin, (2 Desember 2019).

Oleh karena itu, Ismail mengharapkan, supaya Indonesia terlebih dahulu menyiapkan ekosistem 5G, sebelum teknologi 5G benar-benar diimplementasikan.

“Kita ingin supaya bangun dulu ekosistem 5G di Indonesia. Supaya ada lokal aplikasi yang krannya itu ada di 5G. Itu harapan kita. Jadi Indonesia, mendapat gain dari situ,” ujar Ismail.

Ismail mengungkapkan, dari sisi pendapatan bisnis 5G ada tiga isu penting yang harus diselesaikan. Pertama, IoT. Beberapa industri belum menerapkan IoT, sehingga operator telekomunikasi harus menyiapkan solusi ini sehingga dapat revenue baru.

Menurut Ismail, berdasarkan beberapa riset, IoT merupakan sumber revenue baru bagi industri ke depannya. Operator telekomunikasi diharapkan dapat melihat peluang ini, dan mulai menerapkan teknologi IoT. Apalagi dengan kehadiran teknologi 5G.

“Indonesia agak unik karena berada di kondisi yang belum menerapkan teknologi IoT. Justru itu opportunity untuk kita. Misalnya, di pertanian, pendidikan, kesehatan. Itu masih relatif terbatas. Saya sangat berharap telco operator bersedia spending budget-nya bekerjasama dengan makers di Indonesia memberikan solusi IoT di indonesia,” tambah Ismail.

Kedua, isu biaya. Dengan adanya 5G maka biaya yang ditanggung masyarakat lebih mahal, maukah masyarakat Indonesia membayar lebih mahal dengan adanya 5G? “Ini juga menjadi pertimbangan operator dalam menerapkan teknologi 5G. Use case-nya harus tepat. Sehingga, biaya investasi yang dikeluarkan untuk teknologi baru, tidak sia-sia,” ujar Ismail.

Ketiga, industri konten. Menurut Ismail, masyarakat sekarang sudah ada yang mau membayar konten per bulannya. Namun, problem utama bagi para operator telekomunikasi harus membuat model bisnis baru dengan memperbanyak konten karena konten digital ini banyak dinikmati. “Bukan hanya jualan bandwitdh, tetapi bisa juga jualan konten,” jelas Ismail.

#kominfo   #5g   #teknologi5g   #industri   #adopsiteknologi   #isuteknologi5G   #indonesia   #dirjensdppi

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Menkominfo Tantang Media Adopsi Perkembangan Teknologi
INA Digital Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Publik dalam Satu Aplikasi