IND | ENG
Survei: Cybersecurity di Indonesia Mulai Kritis

Ilustrasi

Survei: Cybersecurity di Indonesia Mulai Kritis
Faisal Hafis Diposting : Sabtu, 30 November 2019 - 08:45 WIB

Cyberthreat.id - Cisco merilis hasil studinya tentang cybersecurity berjudul '2019 Asia Pacific CISO Benchmark Study' baru baru ini. Dengan mensurvei kurang lebih 2000 profesional dan ahli dalam bidang keamanan siber di Asia Pasifik, Cisco mengungkapkan beberapa fakta dan hal penting terkait cybersecurity, khususnya di Indonesia.

Pertama, studi tersebut menunjukkan 19 persen dari perusahaan di Indonesia, jika terjadi pelanggaran atau serangan siber mengalami downtime selama 24 jam atau lebih. Hal itu menjadi yang terburuk dalam satu tahun terakhir. 

Tentu hal ini menjadi persoalan yang harus ditinjau ulang oleh para pelaku industri di Tanah Air. Mengingat, Indonesia merupakan negara dengan potensi ekonomi digital raksasa yang memutar uang Rp 566 triliun (40 miliar USD) di tahun 2019. Startup bertumbuh di tengah Unicorn dan Decacorn yang terus beroperasi.

Director Cybersecurity Cisco, Kerry Singelton mengatakan, meningkatnya kecanggihan bisnis dalam menggunakan jaringan OT (operational technology) dan adopsi multi cloud menjadi tantangan dalam mengamankan bisnis di Indonesia.

"Satu cara bagi perusahaan untuk menyederhanakan keamanan adalah dengan mempertimbangkan 'Zero Trust' yang memperhatikan keamanan dalam tiga bidang. Diantaranya tenaga kerja, beban kerja dan tempat kerja," kata Kerry dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27 November 2019).

Menurut Kerry, dengan mengimplementasikan tiga hal tersebut, perusahaan dapat melindungi pengguna maupun perangkatnya dari serangan siber. Serangan siber yang dimaksud adalah pencurian kredensial, phising, dan serangan berbasis identitas lainnya.

Meskipun demikian, perusahaan di Indonesia bekerja lebih baik dalam memulihkan peringatan ancaman siber yang diterima atau dilaporkan jika dibandingkan dengan negara di Asia Pasifik.

Hasil studi ini menjelaskan, sebanyak 48 persen ancaman siber yang ditujukan ke Indonesia, 41 persennya berhasil diatasi. Lalu, sebanyak 44 persen di Asia Pasifik hanya 38 persen yang berhasil diatasi.

Managing Director Cisco Indonesia, Marina Kacaribu menjelaskan Indonesia semakin berkembang dalam meng-adopsi teknologi digital. Cybersecurity (keamanan siber) memiliki peran yang sangat penting dan harus memiliki dasar yang kuat dalam upaya melakukan digitalisasi di Indonesia.

"Kami melihat kesadaran akan keamanan siber (cybersecurity awareness) semakin meningkat pada kalangan bisnis. Hal ini sangat penting karena keberhasilan ekonomi digital bergantung pada kemampuan bisnis dalam mengatasi ancaman siber," kata Marina.

Kerugian finansial yang ditimbulkan akibat serangan siber di Indonesia juga mengalami penurunan. Hanya 24 persen pelapor mengatakan kerugian terburuk dalam satu tahun terakhir merugikan satu juta dolar atau lebih. 

Dibandingkan tahun lalu, 54 persen perusahaan melaporkan telah mengalami kerugian sebesar satu juta dolar atau lebih.

"Meskipun kami melihat tren positif, masih banyak yang harus dilakukan. Hal ini, untuk memastikan bahwa setiap bisnis sudah siap dalam menghadapi isu ini," tambah Marina.

#Cybersecurity   #Cisco   #ot   #IoT   #literasidigital   #cyberthreat   #ekonomidigital   #transaksielektronik   #Phishing   #Malware   #Ransomware

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Awas, Serangan Phishing Baru Kirimkan Keylogger yang Disamarkan sebagai Bank Payment Notice
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Malware Manfaatkan Plugin WordPress Popup Builder untuk Menginfeksi 3.900+ Situs