
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning/ML) akan menjadi pendorong kemajuan teknologi.
Memasuki 2020, kekuatan manusia tak lagi cukup untuk menangani data yang berlimpah dan analisis yang kompleks. Di sinilah, adopsi kemampuan analisis AI dan ML diperlukan.
Bagaimana sekiranya kemampuan AI dan pembelajaran mesin dikaitkan dengan keamanan siber (cybersecurity)? Berikut ini pendapat sejumlah pakar keamanan siber yang dirangkum oleh Forbes tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di 2020:
AI dan machince learning memungkinkan peningkatan manajemen aset dan memberikan keuntungan eksponensial dalam keamanan teknologi informasi (TI).
Menurut Chief Technology Officer (CTO) Absolute Software, Nicko van Someren, mempertahankan mesin tetap mutakhir, mengetahui perangkat apa yang seharusnya ada di jaringan, dan mengetahui apa yang terjadi dan proses apa yang sedang berjalan dan apa yang memakan bandwidth jaringan, bukan hanya tanggung jawab manajemen TI, melainkan harus menjadi hasil dari keamanan.
Nicko van Someren mengatakan, kemungkinan akan ada pengalokasian anggaran dan waktu untuk mendeteksi ancaman siber dengan menggunakan AI selain untuk memprediksi dan merespons.
Alat AI akan terus meningkat dalam menggambarkan data dari tipe yang berbeda dan memungkinkan membuat gambaran lebih besar menjadi terpadu, seperti mulai riwayatlog lokal, lanskap ancaman global, dan peristiwa kontemporer.
Penjahat siber akan meningkatkan penggunaan AI untuk menganalisis mekanisme pertahanan dan mensimulasikan pola perilaku untuk memintas kontrol keamanan, meningkatkan analitik dan mempelajari mesin untuk meretas ke dalam organisasi.
Torsten George, ahli cybersecurity dari Centrify, memprediksi para penjahat siber yang disponsori negara akan meningkatkan penggunaan dan kecanggihan algoritma AI. Mereka akan menganalisis mekanisme pertahanan organisasi dan menyesuaikan serangan yang disesuaikan dengan daerah yang lemah.
Mengingat kurangnya sumber daya operasi keamanan yang berpengalaman dan banyaknya data yang diusahakan oleh sebagian besar organisasi, pakar cybersecurity cenderung melihat perusahaan akan memakai AI dan ML untuk mengotomatiskan proses operasi keamanan mereka.
Craig Sanderson, Wakil Presiden Produk Keamanan Infoblox, memperkirakan AI dan ML akan semakin banyak digunakan untuk mendeteksi ancaman baru. Karena operasi keamanan menjadi masalah bagi big data, maka diperlukan solusi big data.
Sean Tierney, Direktur Threat Intelligence Infoblox, memprediksi kebutuhan ML untuk memerangi “rantai pasokan korupsi” bakal meningkat pada 2020. Sean memperkirakan bahwa masalah besar dengan ruang kerja jarak jauh akan menentukan siapa yang memiliki akses ke suatu data. Akibatnya, AI dan ML akan menjadi lebih lazim dalam proses bisnis tradisional dan digunakan untuk mengidentifikasi apakah rantai pasokan dalam kondisi cacat atau tidak.
Josh Johnston, Direktur AI di Kount, memprediksi bahwa konsumen rata-rata akan menyadari kata sandi tidak memberikan perlindungan akun yang cukup kuat dan setiap akun yang mereka miliki sangat rentan.
Menurut dia, “captcha” juga tidak dapat diandalkan karena meski dapat mengetahui apakah itu bot atau bukan, sistem “captcha” tidak dapat mengonfirmasi bahwa orang yang mencoba masuk adalah pemegang akun.
Dengan menggunakan AI, sistem dapat mengenali pengguna yang kembali. AI akan menjadi kunci dalam melindungi seluruh kegiatan pengguna dari pembuatan akun hingga pengambilalihan akun, bahkan hingga transaksi pembayaran. Jadi, AI akan memungkinkan perlindungan lebih dari sekadar kata sandi.
Brian Foster, Wakil Presiden Senior Manajemen Produk di MobileIron, mengatakan, beberapa tahun terakhir, terjadi pelanggaran privasi dan data pribadi yang cukup besar. Saat ini, perusahaan harus mengutamakan privasi untuk bertahan dalam bisnis. Ke depan, konsumen akan memiliki data mereka, yang berarti mereka akan dapat membaginya secara selektif dengan pihak ketiga, tetapi yang paling penting, mereka akan mendapatkan kembali data mereka setelah dibagikan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Brian Foster, Wakil Presiden Senior Manajemen Produk di MobileIron, memprediksi serangan siber akan kain kompleks dan bahkan memanfaatkan AI dan ML untuk mengeksploitasi kerentanan suatu sistem elektronik.
Semua ini membuat sangat sulit bagi organisasi keamanan TI untuk mengikuti perkembangan ancaman siber. Sementara penyerang hanya perlu menemukan satu pintu terbuka di keamanan perusahaan, perusahaan harus berlomba untuk mengunci semua pintu. Maka, kemampuan AI dalam hal pencegahan dan pertahanan ini perlu dilakukan karena kecepatan dan ketelitian manusia bisa tidak kompetitif atau mumpuni lagi.
AI dan ML akan dipakai untuk memindai dan menghentikan upaya peretasan pada perangkat keras. Meningkatnya permintaan untuk komponen elektronik akan memperluas pasar untuk komponen palsu dan produk kloning. Hal ini dapat meningkatkan ancaman perangkat keras yang dikompromikan untuk menemukan jalan ke rantai pasokan organisasi. Apalagi seiring permintaan pasar untuk chip yang lebih banyak dan lebih murah, muncullah, pemalsuan perangkat keras. Di sinilah, butuh adopsi kemampuan pendeteksian dari AI dan ML.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: