IND | ENG
Pencurian Uang Kripto Melonjak, Kerugian Capai Rp 62 Triliun

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Pencurian Uang Kripto Melonjak, Kerugian Capai Rp 62 Triliun
Andi Nugroho Diposting : Kamis, 28 November 2019 - 14:52 WIB

New York, Cyberthreat.id – Pencurian mata uang kripto (cryptocurrency) melonjak sepanjang 2019 dibandingkan tahun lalu.

Menurut laporan perusahaan forensik blockchain CipherTrace, kerugian dari kejahatan mata uang kripto tersebut sebesar US$ 4,4 miliar (setara Rp 62 triliun) dalam sembilan bulan pertama tahun ini atau mengalami kenaikan 150 persen dari US$ 1,7 miliar pada 2018 di seluruh dunia.

“Serangan kecil seringkali mudah dipertahankan, tetapi serangan yang ditargetkan jauh lebih menguntungkan,” ujar Dave Jevans, CEO CipherTrace, kepada Reuters, Kamis (28 November 2019)


Berita Terkait:


Cryptocurrency telah menarik perhatian sejumlah pemangku negara di seluruh dunia, karena pengembang dan pelaku pasar berusaha mendorong kelas aset ini ke arus utama.

Salah satu penipuan yang menyebabkan pengguna kehilangan US$ 2,9 miliar dari dugaan skema Ponzi yang melibatkan dompet dan pertukaran crypto, PlusToken. Lalu, uang sebesar US$ 195 juta yang hilang dari pelanggan dari pertukaran crypto Kanada QuadrigaC.

"Bahkan tanpa dua pencurian dan penipuan terbesar (di atas), kami masih menyaksikan banyak kejahatan bernilai jutaan dolar," kata Jevans.

Menurut dia, ada peningkatan yang relatif konsisten dalam kegiatan kriminal dari tahun ke tahun. Bahkan, kejahatan di bawah US$ 5 juta sering tidak dilaporkan, “karena pertukaran dan tim polisi fokus pada ancaman yang lebih besar terhadap bisnis,” kata dia.

CipherTrace melaporkan bahwa ada kerugian US$ 15,5 juta dalam aksi pencurian selama triwulanan dan penipuan pada kuartal ketiga; ini terendah dalam dua tahun terakhir.

CipherTrace sebelumnya mencatat bahwa jenis kejahatan di sektor crypto telah bergeser dari pencurian langsung ke penipuan dan penipuan lainnya yang dilakukan oleh orang dalam.


Berita Terkait:


"Penyerang hari ini sabar dan mau menghabiskan lebih banyak waktu menunggu pembayaran," kata Jevans.

"Ini tidak hanya kita melihat adanya pencurian dan penipuan hingga US$ 100 juta, tapi mereka juga bertindak hati-hati, hanya menguangkan sejumlah kecil untuk tetap tidak terdeteksi," ia menambahkan.

Laporan ini juga menunjukkan bahwa dari 120 bursa crypto global teratas, 65 persen memiliki persyaratan know-your-customer (KYC) yang lemah.

#cryptocurrency   #korsel   #bursacyrptocurrency   #upbit   #hacker   #serangansiber   #ancamansiber   #keamanansiber   #matauangkripto

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Microsoft Ungkap Aktivitas Peretas Rusia Midnight Blizzard
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata